Film Dirty Vote Dibanned, Rezim Jokowi Dinilai Panik
Film Dirty Vote yang banyak diperbincangkan saat masa tenang menjelang Pilpres 2024 tiba-tiba menghilang dari pencarian Youtube karena dibanned.
Sontak saja, film yang disutradarai Dandhy Dwi Laksono itu menjadi trending karena dalam hitungan jam sudah ditonton oleh jutaan pasang mata. Hilangnya film tersebut dalam pencarian di Youtube, disayangkan beberapa pihak.
Menurut Wakil Dekan FISIP Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Dr. Umar Sholahudin, film tersebut sangat bagus bagi pemilih. Terutama masyarakat yang belum menentukan pilihannya atau yang masih galau.
"Pesan moralnya jangan biarkan politisi bermasalah secara etik, hukum dan politik, melenggang ke istana. Pemilih bisa menghukum politisi bermasalah dengan cara tidak memilih mereka," kata Umar, Selasa 13 Februari 2024.
Menurutnya film itu juga memberikan penyadaran politik dan meningkatkan kesadaran politik masyarakat. Bahwa ada noda hitam politik dalam pesta demokrasi kali ini. "Dan masyarakat pemilih perlu merdeka dalam memilih," tuturnya.
Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unair, Aulia Thaariq Akbar menyampaikan jika Dirty Vote ini sebuah film yang coba membantu menyusun kejadian-kejadian yang telah terjadi. Lalu disimpulkan dalam satu kerangka, yakni kebobrokan kontestasi pemilu yang sistematis.
"Jadi bukan spekulasi semata. Mereka bertiga para ahli ini hanya membantu kita mencoba menjelaskan bagaimana rentetan-rentetan kecurangan atau kebobrokan itu terjadi," ujar Atta panggilannya.
Dari film tersebut, kata Atta, masyarakat akhirnya menjadi tahu bahwa sistem pemilu ternyata yang merusak dari rezimnya sendiri. Sebab abbuse of power sangat seringkali terjadi di momen-momen selama pemilu.
Atta menyayangkan dengan hilangnya film tersebut. Dia beranggapan semacam ada kepanikan dari rezim Presiden RI, Joko Widodo saat ini. "Menurutku iya Mas. Apalagi kalau aku lihat ada yang sampai tiba-tiba tidak dikasih izin dari tempatnya untuk mengadakan nobar," pungkasnya.
Advertisement