Fikih Kebahagiaan, Dialog Filosof & 10 Nasihat Bijak Sayidina Ali
Dalam acara Pra Munas Nahdlatul Ulama, aku diminta bicara tentang Fikih Kebahagiaan, bersama Kiai Ulil Absar Abdallah.
Dalam forum itu aku mengatakan :
Mungkin tidak ada kosa kata di dunia ini yang maknanya paling sulit didefinisikan selain kata Kebahagiaan.
Apakah kebahagiaan itu?
Setiap orang niscaya akan menjawab berbeda۔beda, sesuai dengan apa yang dirasakan sebagai kenikmatan atau kesenangan.
Ada sebuah dialog yang menarik antara Socrates (S) dengan muridnya Plato (P) tentang kebahagiaan.
P : Apakah yang membuat anda merasa bahagia?.
S : "Menemukan kebijaksanaan".
P : Kapankah aku memeroleh kebijaksanaan itu?.
S : "Jika pujian orang terhadapmu tak membuatmu gembira dan cacian orang terhadapmu tak membuatmu bersedih hati".
P: Bagaimana aku akan bisa menemukannya?.
S : "Jika kamu punya empat telinga, dua telingamu untuk mendengarkan ilmu pengetahuan yang mendalam/ kebijaksanaan dan dua telingamu yang lain untuk menyimpan celoteh yang tak jelas (buruk) orang-orang yang tak paham (al-Juhhal٘-bodoh).".
Lalu aku juga menyampaikan pandangan Budha Gautama :
"Faktor utama yang membuat orang awet sehat dan bahagia adalah tidak menangisi masa lalu, tidak mencemaskan hari esok, menyusuri perjalanan hidup hari-harinya dengan selalu belajar untuk menjadi bijak dan selalu berfikir positif".
Demikian catatan KH Husein Muhammad.
"Melihat Kiai Ulil bicara tentang Fikih Peradaban di Banjar, Tasik, kemarin, aku ingat peristiwa bersejarah. Hasil Bahtsul Masail dalam Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Nahdlatul Ulama (NU) di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al Azhar Citangkolo, Kota Banjar, Jawa Barat. 27.02.2019 menetapkan : "Warga non-Muslim tidak tidak boleh disebut kafir". (15.12 23/HM)
10 Nasihat Bijak dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib
Beberapa nasihat yang sangat bijaksana dari Sayyidina Ali Bin Abi Thalib :
1. Bersahabatlah dengan orang-orang yang selalu berbuat baik, niscaya kau menjadi salah seorang dari mereka. Jauhilah orang-orang yang berbuat jahat, niscaya kau terhindar dari akibat kejahatan mereka.
2. Nasihatilah saudaramu dengan setulus-tulus nasehat, baik dengan sesuatu yang menyenangkan ataupun yang tidak menyenangkan.
3. Lunakkan sikapmu terhadap saudaramu yang bersikap kasar. Yang demikian itu pasti akan memperlunak sikapnya terhadapmu.
4. Jangan sekali-kali menyebabkan keluargamu paling menderita yang disebabkan karenamu.
5. Jadikanlah kebaikanmu bagi saudaramu lebih kuat dari sikap permusuhannya padamu. Jangan pula menyebabkan buruk lakunya menjadi lebih kuat daripada kebajikan yang kautunjukkan kepadanya.
6. Jangan terlalu merisaukan perbuatan kezaliman orang yang melakukannya terhadapmu. Sebab ia telah mendatangkan kerugian bagi dirinya sendiri.
7. Jangan mengucapkan kata-kata yang menertawakan pribadi seseorang walaupun engkau hanya menirukan sesuatu yang dikatakan oleh orang lain.
8. Jika engkau ingin mengetahui watak seseorang, maka ajaklah dia bertukar pikiran denganmu. Sebab dengan bertukar pikiran itu, engkau akan mengetahui kadar keadilan dan ketidakadilannya, kebaikan dan keburukannya.
9. Janganlah engkau merendahkan seseorang karena kejelekan rupanya dan pakaiannya yang usang, karena sesungguhnya Allah ta’ala hanya memandang apa yang ada dalam hati dan membalas segala perbuatan.
10. Janganlah engkau tergesa-gesa mencela seseorang karena dosanya. Sebab barangkali dosanya telah diampuni oleh Allah. Dan janganlah engkau merasa aman akan dirimu karena suatu dosa kecil. Sebab, barangkali engkau akan diazab karena dosa kecilmu itu.
( Dari Buku Nahjul Balaghah.)
Semoga kita dan seluruh keluarga kita selalu bertakwa kepada Allah, berakhlak mulia, mulia dihadapan manusia, mulia di hadapan Allah. Aamiin....!!!
Semoga Bermanfaat.
Advertisement