Fetish Itu Tidak Berbahaya, Asal Ada Inform Consern
Kasus fetish yang dilakukan Gilang, salah satu mahasiswa salah satu perguruan tinggi negeri di Surabaya ini menjadi banyak dibiacarakan publik lantara perilaku itu dianggap ekstrim.
Gilang melakukan perilaku itu dengan membungkus korban memakai kait jarik seperti layaknya jenazah.
Di kalangan LGBT, fetish hal biasa terjadi. Bahkan tidak hanya di LGBT saja, orang normal pun juga banyak melakukan fetish. Namun tidak se-ekstrim yang dilakukan Gilang.
Rafael Da Costa, Direktur Gaya Nusantara Surabaya mengatakan, yang dilakukan Gilang ini bisa membuat korban menjadi stres dan trauma.
"Di kalangan LGBT lumrah tapi tidak ekstrim begitu. Ini yang membuat banyak kalangan khawatir. Itu ngeri banget," katanya, saat dihubungi Ngopibareng.id, Minggu, 2 Agustus 2020
Pria yang sering dipanggil Vera ini menambahkan, perilaku fetish ini sebenarnya tidak berbahaya, asalkan ada consern atau kesepakatan antara kedua belah pihak.
"Karena, keduanya harus sama-sama menikmati. Misalnya, ada orang yang melihat celana dalam atau suka cium kaki atau ketiak orang, tidak apa-apa asal ada persetujuan," kata pria yang juga pegiat HIV/AIDS.
Namun, perilaku fetism itu tidak hanya dilakukan antara laki-laki dengan laki-laki atau gay saja. Tapi perilaku fetish itu bisa dilakukan antara laki-laki dengan perempuan atau antara perempuan dengan perempuan.
"Jadi, tidak benar apabila fetish itu dilakukan hanya LGBT saja. Misalnya saya pakai heroin, apakah saya langsung masuk dalam kategori inject drugs users (IDU)? kan tidak," katanya.
Dalam kasus Gilang ini, lanjut Vera, pelakunya berbohong kepada korban. "Harusnya, ketika dilakukan ada inform consern atau kesepakatan bahwa keduanya mau melakukan," katanya.
Fetish ini, lanjut Vera, hampir sama dengan BDSM. Bedanya, fetish membangkitkan gairah seks melalui benda-benda mati.
"Misalnya, kamu suka terhadap perempuan yang pakai BH merah. Ketika kamu melihat perempuan memakai BH warna merah, maka kamu lebih terangsang," katanya.
Sementara, kalau BDSM itu adalah itu perilaku seks dengan disertai kekerasan. "Misal, orang lebih suka seks dengan disertai kekerasan. Itu namanya BDSM," katanya.
Advertisement