Festival Tenun Ikat Sumba, Destinasi yang Harusnya Bisa Memikat Wisman
Dengan Pakaian Tradisional, Pitana Buka Festival Tenun Ikat Sumba
Festival Tenun Ikat Sumba dibuka. Semarak pun tak terelakkan, meriah juga tak tertahankan.
Keindahan serta beragam hasil kreasi tenun ikat khas Sumba, tersaji di Festival Tenun Ikat Sumba 2018. Berpadu dengan tarian, atraksi, dan para gadis cantik yang memeragakan hasil karya tenun.
Festival dibuka Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kementerian Pariwisata I Gde Pitana, Kamis 12 Juli 2018 di Lapangan Palawan, Waingapu, Sumba Timur.
Saat membuka festival, Deputi berbalut pakaian khas Sumba. Festival akan berlangsung hingga 14 Juli mendatang.
Deputi, Pitana, mengatakan, Sumba sangat kaya akan nature, culture, juga manmade. Karena itulah keputusan menjadi pariwisata sebagai leading sector sangat tepat. Sumba memiliki alam dan budaya yang bisa dijual. Ini bisa menambah PAD.
Pada stan-stan penjual kain tenun, sebuah kain tenun berusia 80 tahun ikut dipamerkan.
Meski berusia tua, kain itu masih terlihat bagus. Warnanya pun tidak luntur. Kain tersimpan rapi dalam kotak yang terbuat dari anyaman bambu.
Kain tua ini berasal dari Kampung Lambangapu, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur. Masa pembuatannya memakan waktu bertahun-tahun.
“Ini kain tenun sesungguhnya. Dibuat dari kapas yang dihelai. Setelah itu baru dipintal menjadi kain,” tutur Pilamandalore, anak dari pembuat kain tenun itu.
Sayangnya, pria berusia 60 ini tidak ingat dengan pasti tahun pembuatan kain tersebut. “Usia kain ini sudah sekitar 80 sampai 90 tahun. Sedangkan saya 60 tahun. Jujur saya tidak ingat. Tapi inilah kain tenun sesungguhnya. Ini dibuat dengan cara dipintal,” terangnya.
Menurut Pila, penawaran tertinggi untuk kain ini adalah Rp45 juta. “Tapi tidak saya lepas. Karena nilainya sangat tinggi. Jika pun harus dilepas, maka harga yang pantas adalah Rp125 juta,” jelas Pila.
Ketua Pelaksana Calendar of Event Kementerian Pariwisata Esthy Reko Astuti turut senang dengan bergulirnya event ini.
“Festival Tenun Ikat Sumba ini adalah rangkaian dari kegiatan Parade 1001 Kuda Sandelwood. Acaranya menarik, karena kekayaan budaya Sumba benar-benar disajikan. Acara ini juga menjadi daya tarik bagi wisatawan,” tutur Esthy. (*)