Festival Sriwijaya Jadi Etalase Seni dan Budaya
Pelaksanaan even Festival Sriwijaya sempat diliburkan beberapa saat. Sebab, bersamaan dengan Hari Raya Idul Adha.
Festival kemudian dilanjutkan lagi. Kini, Plaza Benteng Kuto Besak, Palembang, yang diubah menjadi panggung.
Festival ini menjadi etalase bagi beragam atraksi seni budaya terbaik Bumi Sriwijaya.
“Festival Sriwijaya sempat diliburkan beberapa hari. Hal ini terkait dengan perayaan Idul Adha. Namun sejak Jumat malam, festival sudah digulirkan kembali. Ada beragam parade seni dan budaya,” ungkap Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional I Kementerian Pariwisata Masruroh.
Festival Sriwijaya digulirkan untuk menyemarakan agenda Asian Games 2018. Festival ini langsung menyajikan beragam kekayaan khas Bumi Wong Kito.
“Respons publik untuk Festival Sriwijaya ini tetap bagus. Sejak awal digelar hingga saat ini tetap ramai. Ini tentu bagus untuk pariwisata Palembang dan Sumatera Selatan. Sebab, festival ini memberikan ruang bagi setiap wilayah di Sumatera Selatan untuk menampilkan potensi terbaiknya,” terangnya.
Usai jeda, Festival Sriwijaya memberi ruang bagi Kabupaten OKU Selatan untuk mengeksplorasi semua potensinya. Dan, Senandung Syair Ranau Saibaham menjadi opening sempurna. Drama Legenda Danau Ranau pun disajikan. Danau Ranau sangat familiar, seperti halnya Danau Toba di Sumatera Utara.
Ada beragam versi latar belakang tercipatanya Danau Ranau. Secara sains, Danau Ranau ini terbentuk karena efek gempa tektonik dan letusan gunung berapi. Background danau ini adalah Gunung Seminung dengan ketinggian 1.800 mdpl, tebing, plus deretan perbukitan. Namun, masyarakat di sana memiliki legenda unik dengan aktor Si Pahit Lidah (Serunting) dan Si Mata Empat.
“Inilah salah satu bentuk dari kearifan lokal yang harus dihormati. Dengan momen Asian Games, cerita ini tentu menjadi penambah khasanah. Pesona Danau Ranau ini memang luar biasa dan menjadi bagian dari deretan destinasi eksotis di Sumatera Selatan,” ujar Masruroh lagi.
Show Festival Sriwijaya edisi Jumat pun ditutup aksi Tarian Anak Limao. Semua atraksi budaya ini pun tetap menempatkan eksotisnya Bumi Serasan Seadanan, OKU, sebagai tema besarnya. Event diakhiri tepat pukul 21.00 WIB.
Selain pengunjung, rasa puas juga terpancar dari raut Kadisbudpar Sumatera Selatan Irena Camelyn Sinaga dan Kadispar OKU Selatan Darman.
“Meski hanya dua jam, tapi konsep hiburan yang ditampilkan ini luar biasa. Pengunjung pun banyak ikut terhanyut dengan suasana cerita yang dibangun. Yang jelas, Festival Sriwijaya ini jangan sampai terlewatkan karena masih banyak keseruan yang disajikan setiap malamnya,” tutur Masruroh.
Menguatkan cita rasa wisata bahari, Festival Sriwijaya ini juga akan menampilkan Parade Perahu Hias. Ada juga Festival Tematik Art.
Menteri Pariwisata Arief Yahya memberikan respons positif terhadap Festival Sriwijaya.
“Festival Sriwijaya ini cara terbaik menikmati budaya masyarakat di Sumatera Selatan. Sebab, festival ini mengangkat seluruh keunikan di setiap kabupaten/kota di sana. Dan, Sumatera Selatan memang sangat kaya dengan seni budaya. Setiap daerah memiliki ciri dan kekhasan masing-masing,” pungkasnya. (*/idi)