Festival Seni Balai Pemuda, Mempertahankan Seni di Tahun Politik
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi direncanakan akan membuka Festival Seni Balai Pemuda 2023, hari Jumat 6 Oktober mendatang, di Komplek Balai Pemuda, atau Alun-alun Surabaya. Festival ini berlangsung sepuluh hari, dari 6 – 15 Oktober 2023, menyajikan pertunjukan musik, tari, teater, sastra dan seni rupa, serta diskusi dan sarasehan tentang perkembangan seni rupa, sastra, teater dan seni tari di Surabaya. Budayawan Erros Djarot akan menyampaikan “Pidato Kebudayaan pada Tahun Politik”, hari Minggu 8 Oktober malam.
Usai secara resmi membuka festival, Wali Kota akan dijadikan model oleh lebih dari 100 pelukis yang datang dari berbagai daerah di Jawa Timur. “Ya, saya akan hadir. Saya senang kalau kesenian di Surabaya bangkit lagi,” kata Eri Cahyadi hari Jumat 15 September lalu.
Ditemui terpisah, Ketua DPRD Kota Surabaya Adi Sutarwiyono juga menyatakan dukungan terhadap festival ini. “Sepertinya sudah lama tidak ada pertunjukan seni di Surabaya. Kini waktunya berkesenian lagi, sebagai penyeimbang kegiatan-kegiatan lain yang ada di masyarakat,” tambahnya.
Balai Pemuda pernah menjadi pusat kesenian di Surabaya. Nama-nama besar dalam bidang musik seperti Gombloh, Leo Kristi, Franky Sahilatua dan Naniel yang semuanya sudah almarhum, dalam hal proses kreatif bisa disebut lahir dari Balai Pemuda. Di bidang teater ada almarhum Basuki Rahmad, Akhudiat, Hari Matrais dan Sam Abede Pareno, sementara di bidang seni lukis tercatat sederet nama besar seperti Amang Rahman, Daryono, Krishna Mustadjab, OH Supono, Rudi Isbandi, Gatot Soesilo, Tedja Suminar, Rustamadji dan para pelukis yang lebih muda generasi Aksera.
Festival Seni Balai Pemuda mencoba untuk mengais sisa-sisa kejayaan kesenian di Surabaya, kata M. Anis, Ketua Sanggar Merah Putih, penyelenggara Festival Seni Balai Pemuda. Bekerja sama dengan Disbudporapar (Dinas Kebudayaan Olaraga dan Pariiwisata) Kota Surabaya, diharapkan kegiatan ini bisa menjadi even reguler tiap tahun agar perkembangan seni modern di Surabaya tidak tertinggal dari kota-kota lain.
“Para penyaji baik musik, tari, sastra maupun teater, semuanya adalah anak-anak muda. Mereka perlu diperhatikan dan difasilitasi agar tetap bersemangat dalam berkarya, sehingga nantinya dapat membawa nama Surabaya ketika tampil di even-even berikutnya,” kata M. Anis.
Dikatakan, dalam Festival Seni Balai Pemuda juga diadakan bursa lukisan, yang menghadirkan karya 52 pelukis dari berbagai daerah, sebagian besar dari Surabaya, “Setiap pelukis mengirimkan 8 karya, sehingga total akan terpajang 416 karya di Galeri Merah Putih. Masing-masing karya berukuran 20x30 Cm, bisa dikoleksi dengan mahar Rp 250 ribu. Kalau biasanya karya mereka yang berukuran besar bisa terjual dengan harga sampai belasan juta rupiah, tapi kini bisa dikoleksi dengan harga yang sangat murah. Memang tujuan kami mengadakan bursa lukisian ini selain untuk apresiasi juga untuk lebih mendekatkan karya seni dengan masyarakat yang lebih luas, sekaligus juga membiasakan masyarakat untuk membeli lukisan, dimulai dengan yang kecil dan murah,” kata M. Anis.
Dalam festival juga diadakan diskusi tentang seni rupa, dengan mengundang nara sumber Dr. Agung Tato Suryanto dan Ayos Purwoaji dengan moderator Agus ‘Koecink’ Sukamto. Sedangkan dua kelompok teater yang tampil adalah Winarto Ekram dari Kota Batu dengan lakon Pengakuan Rahwana, dan Teater Cyrtal dari UPN Veteran Surabaya memainkan judul “Wa...Wi...Wu...” yang disutradari Amir Syarif. Dua koreografer muda, Angga I Tirta Agung (Surabaya) dan Puri Senjani Apriliani dari Gresik masing-masing akan menyuguhkan karya terbaru mereka. Sementara dua kelompok musik yang ikut memeriahkan festival adalah Only Wutah & Biru Langit dari Surabaya dan Dua Etnicholic dari Malang. Semua pertunjukan dapat dinikmati masyarakat luas tanpa dipungut biaya.