Festival Robo-Robo, Bukti Kekayaan Budaya Kalimantan Barat
Kerajaan Amantubilah di Mempawah, Kalimantan Barat, bakal memperlihatkan kekayaan budayanya. Evennya adalah Festival Robo-Robo. Festival ini akan berlangsung tiga hari, 5-7 November.
Festival Robo-Robo diawali dengan Upacara Robo-Robo. Tahun ini, tema yang diangkat ‘Kembalikan Marwah Kerajaan Kesultanan di Indonesia’.
Peserta upacara datang dari berbagai unsur. Mulai dari pelajar, warga sipil, tokoh agama, tokoh masyarakat, kepala suku, hingga para raja dan ratu.
Setelah Upacara Robo-Robo, kegiatan dilanjutkan dengan mencuci benda-benda pusaka Kerajaan Amantubilah. Jenisnya pun beragam. Ada keris dan pedang. Semua dirawat dengan baik, terbungkus kain berwana kuning emas. Hari pertama Festival Robo-Robo ditutup dengan berdoa dan berdzikir bersama.
Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional II Kementerian Pariwisata Sumarni, sangat mengapresiasi kegiatan ini.
“Terlebih, Festival Robo-Robo berangkat dari semangat masyarakat Mempawah. Semangat untuk menjaga martabat dan kedaulatan bangsa. Serta, menuju bangsa yang berbudaya,” tutur Sumarni.
Memasuki hari kedua, acara dilanjutkan dengan ziarah kubur. Ratu dan rombongan datang ke makam Raja I. Layaknya kaum bangsawan, makam tersebut sangat terawat. Tak hanya dinaungi bangunan semacam rumah, lokasinya pun berada di dataran tinggi.
Musyawarah Alam Raja-Raja dan Para Bangsawan menjadi acara selanjutnya. Musyawarah ini mengambil tema ‘Menuju Indonesia Masa Depan’. Pesertanya cukup ramai. Diikuti tetua adat, para pemuda, perwakilan mahasiswa, dll.
Yang tak kalah penting di hari kedua Festival Robo-Robo, adalah Ritual Adat Toana. Ini merupakan ritual adat Penganugerahan Gelar Amantubilah di lingkungan kerajaan.
“Saya setuju pentingnya menempatkan raja, ratu, sultan, pemangku adat, dan kepala suku dalam setiap aspek kehidupan di Mempawah. Ini sebagai bentuk penghargaan darma bakti atas jasa-jasa dan pengorbanan mereka,” ujar Sumarni.
Puncak Festival Robo-Robo adalah Makan Syafar di halaman Istana Raja I. Selanjutnya, rombongan pergi ke Muara Sungai dengan peserta kirab acara. Prosesi ini berlangsung sampai pukul 12.00 di Muara Kuala Mempawah di Kecamatan Mempawah Timur. Biasanya, akan ada semacam larung sesaji, salah satunya berupa telur ayam kampung.
Menurut Kabid Pemasaran Area III Pemasaran I Regional II Kemenpar, Sapto Haryono, Festival Robo-Robo mampu mempererat ikatan silaturahmi. Khususnya antara para raja, ratu, sultan, pemangku adat, dan kepala suku, dengan semua komponen anak bangsa.
“Dengan Festival Robo-Robo, saya berharap semua komponen anak bangsa dapat menjunjung nilai-nilai luhur adat istiadat dan agama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” ungkapnya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menyambut baik tampilnya budaya dalam event ini. Menpar menuturkan, budaya menjadi salah satu alasan wisatawan mau liburan ke suatu daerah. Karena itu, budaya harus dilestarikan. Karena, budaya semakin dilestarikan akan semakin memiliki nilai ekonomis. Dengan kata lain, laku dijual untuk turis mancanegara.
Arief Yahya mendorong agar para penggiat kebudayaan mampu menghasilkan daya kreasi yang bernilai komersil tinggi. “Yang terpenting, budaya harus terus dilestarikan. Semakin dilestarikan, akan makin mensejahterakan,” tegasnya. (*)