Festival Kitab Kuning di Banyuwangi, Pamerkan Koleksi Kiai Saleh
Banyuwangi menggelar Festival Kitab Kuning. Festival ini dilaksanakan mulai Sabtu, 9 Juni malam hingga Selasa, 13 Juni 2023. Kegiatan ini mengangkat khazanah kitab kuning Kiai Saleh dalam bentuk pameran. Event ini menampilkan koleksi Kiai Saleh dalam merekonstruksi sejarah literasi Islam di Asia Tenggara.
Peneliti Islam Nusantara, Dr. KH. Ginanjar Sya’ban menyatakan, ada banyak koleksi dari Kiai Saleh yang kemudian memiliki signifikansi luar biasa dalam membaca sejarah literasi keislaman. Tidak hanya di tingkat lokal, tapi juga di Asia Tenggara.
Pria yang juga Dosen di Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta ini mencontohkan, manuskrip KHR Asnawi Kudus yang membantah fatwa seorang mufti Mekkah, Sayyid Abdullah bin Sayyid Shalih Zawawi al-Makki.
“Manuskrip ini satu-satunya ditemukan di koleksi Kiai Saleh,” ujar Ginanjar Sya’ban, Minggu, 11 Juni 2023.
Dia menjelaskan, ada banyak lagi deretan kitab karya ulama Nusantara lainnya yang ditemukan di koleksi Kiai Saleh. Kitab-kitab itu umumnya sudah langka dan tidak tercetak lagi. Sebagian besar kitab-kitab tersebut terbit pada paruh pertama abad 20 yakni sekitaran 1900-1930-an.
“Berkat dibukanya koleksi Kiai Saleh ini, bisa menjadikan Banyuwangi sebagai salah satu jujukan penelitian Islam Nusantara,” terang Ginanjar Sya’ban.
Ada juga sejumlah manuskrip kuno. Seperti Al-Quran yg ditulis di Banyuwangi pada 1866, Maulid Nabi, Manaqib Syekh Abdul Qadir, karya Syekh Nuruddin Ar-Raniri dan karya-karya lainnya yang rata-rata dibuat pada abad 19.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani berharap kegiatan Festival Kitab Kuning ini menjadi bagian dari transfer pengetahuan sekaligus menginspirasi anak-anak muda Banyuwangi agar lebih getol belajar kitab kuning. Festival kitab kuning ini, menurutnya, merupakan upaya untuk lebih menggaungkan belajar kitab kuning kepada generasi muda khususnya.
“Sehingga warisan keilmuan ulama nusantara dapat terus hidup dan berkembang di tengah-tengah mereka," tegasnya
Ipuk juga mendorong preservasi dan digitalisasi dari koleksi Kiai Saleh tersebut. Sehingga dapat diakses dan dipelajari secara luas. Untuk itu Pemkab Banyuwangi akan berkoordinasi dengan pihak terkait agar koleksi tersebut terarsipkan.
“Kami akan bekerjasama dengan Perpusnas ataupun ANRI untuk membantu melakukan preservasi ataupun pengelolaan lebih lanjut,” ungkapnya.
Untuk diketahui, Kiai Saleh adalah pendiri Nahdatul Ulama (NU) Banyuwangi dan Pahlawan Kabupaten Banyuwangi. Beliau memiliki nama kecil Kiagus Muhammad Saleh. Kiai Saleh terhitung sebagai ulama yang diperhitungkan di kalangan NU. la duduk sebagai Mustasyar pada susunan kepengurusan NU hasil muktamarnya yang ketiga (1928).
Dalam berbagai kesempatan muktamar, Kiai Saleh juga kerap diminta memberikan tausiyah bersama dengan Hadratussyekh KH. Hasyim Asyari. Kiai Saleh juga menjadi sosok penting dalam pendirian GP Ansor. Pada Rapat Syuriyah yang digelar di Pesantren Lateng, tepat 24 April, ANO dinyatakan resmi sebagai bagian dari NU. Peristiwa inilah yang kemudian dijadikan momentum penanda lahirnya Gerakan Pemuda Ansor, salah satu badan otonom NU dan organisasi kepemudaan terbesar di Republik Indonesia.
Ketua Takmir Masjid Kiai Saleh yang juga cicit Kiai Saleh, Rahmad Zainuddin, menyampaikan rasa terima kasih kepada pemkab atas dukungan yang diberikan dalam merestorasi karya kitab-kitab ulama nusantara yang menjadi koleksi Kiai Saleh.
"Ini merupakan sebuah kehormatan bagi kami dan menjadi modal penting dalam menjaga keberlanjutan warisan keilmuan Kiai Saleh," ujarnya.