Festival Isen Mulang itu Sejatinya Angkat Kearifan Lokal
Suasana Stadion Panunjung Tarung, Kapuas, disesaki pengunjung, pagi itu. Kamis 3 Mei 2018. Sedikitnya 3.000 orang hadir untuk mengikuti rangkaian lomba Festival Budaya Isen Mulang (FBIM) 2018.
Lomba tersebut diantaranya permainan tradisional dan lomba kuliner yang diangkat dari kearifan lokal Kalimantan Tengah.
Menurut Kepala Dinas Pariwisata Kalimantan Tengah, Guntur Talajan, Festival Budaya Isen Mulang diharapkan mampu menjadi daya tarik bagi wisatawan.
“Secara umum, seni budaya menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke Kalimantan Tengah. Sekitar 60% wisatawan yang datang ke sini menyukai seni budaya. Baru kemudian destinasi alam, destinasi buatan, dan destinasi modern,” tutur Guntur.
Dalam Festival Budaya Isen Mulang, yang diangkat adalah kearifan lokal seni dan budaya dayak. Selain itu, ada juga beberapa jenis lomba tradisional. Seperti Manyipet. Yaitu, tradisi budaya dalam berburu dan untuk keamanan menjaga diri.
“Saat ini banyak orang yang tidak tahu dengan Menyipet. Makanya sekarang kita angkat lagi, supaya generasi muda bisa mengetahui tradisi ini. Disini ada seni dan olahraga, jadi kita lombakan. Manyipet memiliki keunikan yang luar biasa,” terangnya.
Menurutnya, pada jaman dahulu Manyipet digunakan untuk berburu burung, monyet, bekantan. Ada juga yang menggunakannya sebagai senjata perang. Untuk perang, Manyipet dipakaikan racun untuk menyerang lawan. “Kalau mengenai lawan, tidak ada obatnya. Lawan akan langsung mati,” katanya.
Selain Manyipet, ada beberapa lomba permainan tradisional lain yang juga unik dan menarik. Yang pasti, lomba-lomba ini sudah jarang ditemui di jaman sekarang.
Salah satunya adalah lomba permainan tradisional Balago. Permainan ini menggunakan alat logo yang terbuat dari bahan tempurung kelapa. Ukuran garis tengahnya sekitar 5-7 cm, dan tebal antara 1-2 cm.
“Lomba Balago ini diikuti oleh 7 tim puteri dari 7 kabupaten dan 11 tim putera dari 11 kabupaten. Untuk 1 team terdiri dari 5 orang. Permainan tradisional ini adalah suatu gambaran adat istiadat budaya dayak Kalimantan,” jelasnya.
Buat para wanita, khususnya ibu-ibu, juga diajak berpartisipasi dengan lomba masakan tradisional. Yang dilombakan adalah membuat makanan mangenta. Mangenta adalah makanan tradisional khas Dayak Kalimantan Tengah yang berbahan dasar ketan. Perlombaan ini diikuti 7 kabupaten, tiap kabupaten mengirimkan 1 tim yang terdiri dari 5 orang.
“Kriteria yang dinilai adalah teknik proses pembuatan, kecepatan ketepatan waktu, kesempurnaan cita rasa, penyajian dan kerapian dalam penataan. Penganan Mangenta ini hanya ada di Kalimantan Tengah, tidak ada didaerah lainnya. Tradisinya penganan ini dibuat sebelum masa panen tiba,” jelasnya.
Sedangkan di Stadion Panunjung Tarung Kapuas, sedang diperlombakan Manetek, Maneweng dan Manyila kayu. Jika diartikan dalam Bahasa Indonesia, artinya adalah yakni lomba menebang, memotong, dan membelah kayu.
Lomba ini diikuti oleh 9 team yang berasal dari 9 Kabupaten. Dalam 1 team terdiri dari 3 orang. Di hari yang sama, digelar Lomba Jukung Tradisional, atau lomba dayung, di Pelabuhan Danau Mare. Dalam 1 perahu, ada 6 orang, diikuti 7 team putera dari 7 kabupaten dan 5 team puteri dari 7 kabupaten. Dalam perlombaan ini menggunakan perahu kayu dan dayung kayu.
Guntur menambahkan, ada satu permainan tradisional dalam Festival Budaya Isen Mulang 2018.
“Ada permainan yang baru kali ini diangkat. Yaitu sepak sawut, atau permainan sepak bola api. Permainan ini ada nilai religinya sejarahnya. Dahulu, nenek moyang kita kalau menunggu jenazah keluarga yang meninggal, malamnya dibuatlah bola api supaya tidak tidur dan tahan mata berjaga. disitu ada tawa kesenangan,” terangnya.
Ketua Tim Pelaksana Calendar Of Event Kemenpar, Esthy Reko Astuti, menyambut baik gelaran ini.
“Ada banyak kegiatan menarik yang disiapkan penyelenggara. Dan ini bagus, karena masyarakat diberikan kesempatan untuk memilih,” kata Esthy yang juga Staf Ahli Menteri Bidang Multikultural Kemenpar.
Sementara Menteri Pariwisata Arief Yahya, berharap Festival Budaya Isen Mulang 2018 dapat memberikan impact langsung ke masyarakat.
“Event ini sudah bagus. Tapi mudah-mudahan ada impact yang besar bagi masyarakat. Sehingga nilai festival ini menjadi positif,” katanya. (*)