Festival Drondong, Pesona Tengger Yang Tak Lekang Zaman
Di zaman serba digital ini, Desa Podokoyo, Kecamatan Tosari masih tetap mempertahankan adat istiadat dan warisan leluhur yang sarat dengan nilai-nilai budaya. Satu diantaranya adalah festival Drondong, sebuah kesenian budaya tahunan kebanggaan masyarakat suku Tengger.
Kehadiran dan kemeriahannya tidak hanya dinantikan oleh Kepala Adat dan para sesepuh Desa saja, melainkan juga seluruh lapisan masyarakat Desa Podokoyo. Diawali dengan ritual doa yang dilakukan oleh Ketua Adat atau yang biasa disebut Sulinggih, kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki keliling Desa.
Pantauan Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) Rajawali, prosesi arak-arakan berkeliling Desa paling banyak diminati oleh anak-anak Tengger. Sepanjang acara, mereka tampak sangat antusias membawa godhok yaitu obor dari bambu. Ada juga yang membawa cangkul, sapu dan sabit yang bertujuan untuk membersihkan Desa dari unsur kegelapan dan kuasa jahat.
Dalam rangkaian festival adat tersebut juga diiringi dengan alat-alat kesenian tradisional seperti Ketipung Tengger juga Baleganjur. Untuk menambah kemeriahanya, acara ini dilaksanakan setiap tanggal 24 bulan Kesanga dalam penanggalan Tengger atau 30 April 2019 tersebut dilanjutkan dengan acara puncak.
Adalah Pesaitan yang bermakna panjatan untaian doa untuk makan bersama yang kemudian disambung dengan makan bersama seluruh penyelenggara dan peserta upacara adat yang turut-serta menyertai berkeliling Desa Podokoyo.
Bagi masyarakat yang belum berkesempatan menikmati kemeriahan suasana dan kesakralan festival Drondong dipersilahkan untuk bersiap-siap hadir tahun depan. Masih di acara yang sama, persembahan warga Desa Podokoyo untuk kita semua. (sumber: www.pasuruankab.go.id)