Festival Cokelat Banyuwangi Ajang Eksplor Produk Cokelat UMKM
Ajang tahunan Festival Cokelat Banyuwangi kembali digelar di Doesoen Kakao kawasan kebun Kendenglembu, PTPN XII , Kecamatan Glenmore. Beragam hal tentang kakao dan cokelat disajikan dalam kegiatan ini. Even ini menjadi ajang pelaku UMKM mengeksplor produknya.
Selain itu ada juga bermacam suguhan dan atraksi. Diawali lomba lari Kakao Run pada Sabtu, 11 Maret 2023, dilanjutkan lomba gebyar Tari Barong, pertunjukan paralayang, hingga lomba kuliner olahan cokelat.
Kakao Run diikuti ratusan siswa SD hingga SMA. Gebyar Tari Barong diramaikan puluhan seniman cilik dari SD se-Banyuwangi. Llomba kuliner olahan cokelat ikuti oleh sekitar 35 usaha mikro kecil menengah dan instansi.
''Festival Kakao Banyuwangi ini merupakan salah satu festival yang ditunggu-tunggu masyarakat dari serangkaian Banyuwangi Festival (B-Fest),'' jelas Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani saat menghadiri festival ini, Minggu, 12 Maret 2023.
Oleh karena itu, menurut Ipuk, Festival Cokelat Banyuwangi tak bisa digelar secara biasa-biasa saja. Dibutuhkan suguhan-suguhan baru yang unik agar pengunjung selalu tertarik untuk datang.
Dia menegaskan, Festival Cokelat ini harus punya nilai lebih. Tidak hanya mempromosikan cokelat saja, tapi juga mengembangkan potensi yang ada.
''Seperti usaha kecil produksi pengolahan cokelat milik masyarakat yang ditampilkan dalam festival ini," katanya.
Festival ini, lanjutnya, akan terus menguatkan posisi Banyuwangi sebagai salah satu daerah penghasilan kakao terbaik di dunia. Salah satu hasil kebun kakao di Banyuwangi adalah kakao edel (Fine cocoa), salah satu varian kakao terbaik dan termahal di dunia.
Kakao jenis ini telah diekspor ke berbagai negara di Eropa, seperti Swiss dan Belanda. Di Jawa Timur, kakao jenis ini hanya bisa ditemukan di Banyuwangi.
Doesoen Kakao memiliki luas lahan perkebunan sekitar 223 hektare untuk tanaman kakao edel. Produksi tiap bulan sekitar 1-2 ton. Kakao diproses menjadi tiga kriteria dengan tingkatan mutu berbeda. Mayoritas kakao dikirim ke luar negeri. Sebagian lagi dijual untuk memenuhi kebutuhan industri hilir di dalam negeri.
Dalam kesempatan itu, Ipuk mengunjungi setiap stan yang memamerkan hasil olahan cokelat dalam Festival ini. Para pelaku UMKM ini berlomba untuk menyajikan kuliner terbaik di stan masing-masing.
Aneka olahan cokelat produksi UMKM ini diantaranya permen, puding, kue basah, kue kering, milkshake, kolak, hingga mie goreng dengan tambahan bumbu cokelat. Bahan cokelat didapat dari perkebunan kakao di Banyuwangi.
"Yang beli kebanyakan anak-anak muda. Seperti moment Valentine bulan lalu, banyak yang beli untuk hadiah," jelas salah satu pelaku UMKM, Farhan Gymnastiar.
Dalam kesempatan itu, juga dirilis paket wisata Glenbaru (Glenmore - Kalibaru). Trip yang menjual wisata di Kecamatan Glenmore dan Kalibaru. Pada masa penjajahan Belanda, lokasi ini adalah tempat favorit Belanda untuk bersantai sembari menikmati alam yang indah dan menyeruput coklat hangat dengan panorama Gunung Raung.
Para pengunjung diajak mengeksplorasi kebun kopi dan kakao, melihat proses pengolahan biji kakao hingga menjadi cokelat, dan mencicip aneka produk hasil olahannya.
Direktur PTPN XII Peni Siwi menambakan, Festival Cokelat Glenmore merupakan pagelaran pesta rakyat. Festival ini kolaborasi Pemkab Banyuwangi, PTPN, dan masyarakat. Dia berharap, Festival Cokelat Banyuwangi turut memajukan agrowisata di Banyuwangi. Dia memastikan PTPN terus mendukung program pengembangan wisata yang digagas pemerintah daerah.
"Apa saja yang bisa digali dari PTPN XII untuk membangkitkan pariwisata di Banyuwangi, kami siap mendukung. Ini untuk menumbuhkan ekonomi dan UMKM," jelasnya.