Festival 1001 Pecel Lele Lamongan, Mempertegas Branding
Pemkab Lamongan gencar menggali sekaligus mempromosikan potensi khas daerah. Tidak hanya seni dan budaya, juga kuliner.
Bak gayung bersambut. Gagasan Bupati Lamongan, Yuhronur Efendi, ini menggugah masyarakat untuk saling berlomba memunculkan kekhasan daerahnya. Kebanyakan ditampilkan melalui festival.
Seperti yang dilakukan masyarakat Desa/Kecamatan Sekaran dan Desa/Kecamatan Maduran. Kedua desa menggelar Festival 1001 Pecel Lele Sekar Madu (Sekaran-Maduran), Sabtu, 10 Desember 2022.
Acara yang mengundang Bupati Yuhronur Efendi, Wabup Abdul Rouf, Sekkab Nalikan, Forkompimda serta OPD terkait tidak sekedar menyediakan sejumlah nasi pecel lele yang dibagikan gratis kepada masyarakat.
Tetapi, Bupati Yuhronur dan Wabup Abdul Ghofur didampingi sejumlah pejabat lainnya memeragakan langsung cara mengulek sambal untuk sajian pecel lele, diikuti sekitar warga lainnya.
Bupati Yuhronur mengatakan, Festival Pecel Lele Sekar Madu ini merupakan dukungan masyarakat dalam mewujudkan pemerintah untuk mengembalikan kejayaan potensi Lamongan.
Festival ini bukan sekadar promosi. Tetapi, lebih mempertegas branding bahwa pecel lele merupakan kuliner yang memang asal Lamongan. Yaitu, kebanyakan asal Desa Sekaran dan Maduran.
"Saya berani tegaskan kalau pecel lele memang kuliner asli Lamongan. Bukti itu tidak hanya sekadar kita melihat orang berjualan di segala penjuru Inddonesia dengan melihat keber atau leter Pecel Lele Lamongan. Tapi, banyak pengakuan langsung dari kebanyakan orang yang mengatakan bahwa pece lele adalah Lamongan," paparnya.
Dicontohkan Yuhronur, belum lama ini dia bertemu dengan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dalam satu acara peringatan Hari Anti Korupsi di Surabaya. Saat itu Ganjar sedang meninjau stan pameran Lamongan.
"Begitu beliau masuk stan bukan menyebut Lamongan. Tapi beliau mengatakan, saya ini adalah pecinta berat pecel lele Lamongan, luar biasa. Artinya apa? Branding bahwa pecel lele ini adalah Lamongan. Ini harus terus ditegaskan, harus terus diteguhkan. Sehingga hal ini akan menjadi sesuatu yang benar-benar melekat dengan nama Lamongan,," tandasnya.
Bupati Yuhronur tidak lupa berharap kualitas kuliner khas Lamongan harus
terus ditingkatkan. Karena hal itu akan secara otomatis menjadikan rezeki bagi warga Lamongan atau warga perantau se Indonesia dengan branding yang sudah melekat tadi.
"Selamat kepada semuanya, mudah-mudahan dengan acara festival kuliner Lamongan ini, semakin menegaskan bahwa Lamongan adalah gudangnya kuliner di seluruh Indonesia, bahkan di seluruh dunia," pungkasnya.
Diketahui, kedua Desa/Kecamatan Sekaran dan Desa/Kecamatan Maduran (Sekar Madu), masyarakatnya dikenal sebagai perantau spesial penjual pecel lele Lamongan. Tersebar mulai Aceh hingga Papua.
Pada acara festival, banyak perantau pulang kampung. Salah satunya Warga Belu Lamongan (WBL), Atambua, Nusa Tenggara Timur. Keberadaan mereka sejak 1999 dan sampai sekarang tercatat kurang lebih 150 kepala keluarga.
"Sebelumnya kami di Timor Timur. Setelah pisah dari Indonesia, kami bergeser ke Atambua, " kata Ketua WBL, Faisal Solahudin, didampingi sekretarisnya, Suhartono.