Ferryl: Direktur Teknik Timnas Jangan Hanya Jalan-Jalan
Juara SEA Games 1991 Ferryl Raymond Hattu mengkritik keras Direktur Teknik Timnas Indra Sjafri. Ia meminta Indra serius menunjang program dan sistem yang dibangun oleh pelatih Timnas Indonesia saat ini, Shin Tae-yong.
“Direktur Teknik jangan hanya jalan-jalan mengikuti timnas pergi ke mana saja. Dia harus mulai menyusun program dan sistem untuk mendukung apa yang sudah dibuat oleh Shin Tae-yong,” kritik mantan kapten Timnas Indonesia di SEA Games 1991.
Ferryl mengatakan, Shin Tae-yong telah menunjukkan bukti nyata peningkatan kualitas permainan Timnas Indonesia di Piala AFF 2020 kemarin. Permainan impresif yang diperlihatkan skuat Garuda menurutnya sudah bagus, namun akan percuma bila tidak mendapat dukungan dari PSSI, khususnya Direktur Teknik Timnas Indonesia.
Karena menurutnya, setelah menjalani pemusatan latihan bersama Timnas Indonesia, para pemain ini akan kembali ke klub masing-masing. Ia memastikan ada perbedaan metode latihan dan cara main antara di klub dengan Timnas.
Perbedaan inilah yang kerap menjadi hambatan bagi para pemain Timnas untuk berkembang dan meningkat ke level yang seharusnya mereka capai.
“Selama ini yang terjadi, ketika kembali ke klub, para pemain ini justru menurun karena program dan sistemnya tidak sinkron dengan Timnas yang sudah mulai ditata oleh Shin Tae-yong,” katanya.
Tugas Direktur Teknik, kata Ferryl, untuk menyosialisasikan program dan sistem ini sampai ke klub-klub sejak tingkat Elite Pro Academy. “Dirtek PSSI itu harus melakukan evaluasi melalui workshop. Kumpulkan semua pelatih di EPA, paparkan program, metode latihan, serta evaluasi apa saja kekurangan dan kendala para pelatih selama menangani klub,” ujar Ferryl.
Dengan begitu, Ferryl optimistis akan tercipta keseragaman dari bawah sampai ke Timnas. Tidak ada lagi pemain yang sebelumnya bagus dan pernah membawa Timnas juara, malah stagnan atau justru menurun kualitasnya karena salah penanganan di klub,” papar pensiunan Petrokimia ini.
Ia mencontohkan bagaimana Kamboja, Laos, Myanmar dan negara-negara lain yang kini mulai bisa mengimbangi, minimal memberi perlawanan kepada Thailand, Vietnam, dan Indonesia sendiri. Padahal, di saat ia masih bermain, negara-negara itu selalu menjadi lumbung gol.
Ferryl menambahkan, PSSI harus memperhatikan secara detail apa yang dibutuhkan seorang pemain untuk bermain secara spartan selama 90 menit. Sport Science atau Iptek tidak hanya diterapkan di level Timnas, tapi juga menjadi salah satu bagian dari cara meningkatkan kualitas pemain.
“Sekarang masih banyak klub yang hanya menggunakan cara-cara tradisional, tidak memperhatikan Iptek untuk melihat potensi pemain. Karena cara bermain dengan umpan-umpan cepat dan keras seperti yang diterapkan Timnas seperti kemarin membutuhkan penguatan di bagian tertentu. Itu contohnya,” jelasnya.
Maka itu, ia berharap PSSI dan Direktur Teknik mulai bekerja sesuai tupoksinya, bukan sekadar ikut ke mana Timnas pergi. “Tanggung jawab Dirtek jauh lebih dari itu semestinya,” selorohnya.