Fenomena Hujan Es, Peneliti ITS: Efek dari Awan Cumulonimbus
Fenomena hujan es yang terjadi di Surabaya baru-baru ini menghebohkan masyarakat, karena hujan jarang terjadi di Indonesia. Lantas apa penyebab hujan es bisa terjadi di Indonesia?
Peneliti senior dari Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (Puslit MKPI) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Amien Widodo menjelaskan, hujan es terjadi karena awan Cumulonimbus (Cb) yang sangat besar dan gelap seperti bentuk jamur.
"Awan ini sering muncul dari awal hingga akhir musim hujan ini dapat menyebabkan hujan es karena aliran udara ke bawah yang cukup tinggi. Dengan didukung suhu permukaan yang rendah, hujan yang akan turun bisa berbentuk butiran es,” jelasnya.
Selain hal tersebut, lanjut Amien, awan Cb juga dapat membawa angin puting beliung yang sangat kencang. Menurutnya, hal ini menjadi efek buruk dari terjadinya hujan es.
"Sebenarnya hujan es ini bukan kali pertama terjadi di Indonesia, kondisinya semakin parah karena semakin banyak titik yang mengalami hal ini,” kata dosen Departemen Teknik Geofisika ITS ini.
Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan perubahan iklim telah nyata terjadi di seluruh dunia. Efeknya adalah kondisi di permukaan bumi akan semakin ekstrem jika terus dibiarkan, termasuk terjadinya angin puting beliung bahkan hujan es yang sebelumnya sangat jarang terjadi di Indonesia.
“Hal ini yang perlu mendapat perhatian serius oleh semua orang, karena hujan es termasuk buntut dari perubahan iklim tersebut,” ujarnya.
Amien menambahkan, bahwa hujan es sangat berpotensi menjadi bencana alam dari yang sebelumnya hanya fenomena alam biasa.
Amien menambahkan, hujan es yang berukuran besar dan lebih padat dapat membawa kerusakan bagi masyarakat seperti pecahnya kaca atau genting rumah.
“Namun, angin puting beliung yang datang bersamaan dengan hujan es yang lebih harus diwaspadai karena bersifat lebih merusak,” katanya.
Sayangnya, menurut Amien, hujan es yang terjadi tidak dapat diprediksi secara pasti akan terjadi kapan dan di mana, sehingga masyarakat tetap harus waspada terlebih saat musim hujan.
Hal ini karena tidak selalu awan Cb membawa angin puting beliung dan menurunkan hujan es. “Untuk mewaspadai hujan es konstruksi harus lebih disiapkan, terutama saat terjadi hujan es dan angin puting beliung," kata Amien.
Advertisement