Fenomena Bediding Sebabkan Gangguan Kesehatan, Ini Contohnya
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) membenarkan bahwa fenomena bediding (bedhidhing) atau suhu dingin ekstrem melanda sejumlah wilayah Indonesia beberapa waktu terakhir. Padahal, pada Juli dan Agustus 2024 ini masuk dalam periode musim kemarau.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto mengungkapkan, fenomena suhu dingin jelang puncak musim kemarau pada Juli, Agustus, hingga September 2024 disebabkan oleh beberapa hal.
Pertama, karena angin monsun timur atau angin dari Australia yang bersifat kering dan sedikit membawa uap air masuk ke wilayah Indonesia.
"Akibatnya wilayah Indonesia selatan akan mengalami suhu dingin," ungkap Guswanto seperti dikutip Antara, Selasa, 16 Juli 2024.
Kedua, suhu dingin pada musim kemarau di Indonesia disebabkan oleh faktor geografis dan topografis. Guswanto menyebut, fenomena bedhidhing umumnya menyasar wilayah selatan Indonesia yang memiliki ketinggian lebih dari 800 meter di atas permukaan laut (MDPL), seperti wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
Ketiga, pada saat malam hari, posisi matahari bergerak. Kemudian, pada 21 September 2024 akan berada di sebelah utara.
"Nah, dengan adanya itu, kita lihat siang hari itu clear sky. Posisi awan hujan itu tidak ada di wilayah Indonesia yang sebelah selatan sehingga menyebabkan Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara (dilanda suhu dingin)," jelasnya.
Guswanto menuturkan, kelembaban udara juga turut memengaruhi suhu dingin di musim kemarau saat ini. Menurutnya, saat ini angin yang tenang pada malam hari dapat menghambat pencampuran udara sehingga udara dingin terperangkap di permukaan bumi.
Lebih lanjut, daerah tinggi atau pegunungan cenderung lebih dingin karena tekanan udara dan kelembapan yang lebih rendah.
"Ini yang menyebabkan suhu lebih dingin. Jadi, kombinasi dari empat faktor tadi itu yang menyebabkan peristiwa bedhidhing terjadi pada musim kemarau," ujar dia.
Guswanto menegaskan, fenomena bedhidhing bukanlah hal baru. Menurutnya, suhu dingin pada musim kemarau biasanya rutin terjadi setiap tahun dan melanda sejumlah wilayah Tanah Air.
Adapun dampak kesehatan yang akan dirasakan manusia ketika fenomena bedhidhing itu melanda, salah satunya tubuh akan kedinginan.
"Dampaknya ke tubuh manusia akan merasa kedinginan. Ini harus diimbangi dengan rutin bergerak pada pagi hari, olahraga, kita harus banyak gerak. Kalau kita tidak banyak gerak, pasti kita kan kedinginan banget, ngilu-ngilu di persendian," pungkasnya.
Di samping itu, fenomena ini juga berdampak pada kesehatan lainnya seperti Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), penyakit kambuhan seperti asma, rematik, dan radang sendi.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung, dr Kasil Rokhmad mengatakan, masyarakat dapat membentengi diri dengan meningkatkan kekebalan tubuh, menerapkan pola hidup bersih dan sehat, senantiasa olahraga, menggunakan masker untuk mencegah virus masuk.
"Bagi penderita asma dapat melakukan olahraga pernapasan, untuk penderita radang sendi dapat menggunakan kaos kaki agar tidak terlalu terpapar suhu dingin. Selain itu, mindset sehat dan positif juga diperlukan untuk menambah kekebalan tubuh di tengah fenomena Bediding," katanya.
Advertisement