Fatmawati, Sosok Perempuan Muslim Berkemajuan
Fatmawati menunjukkan ketokohan seorang perempuan Muslimah berkemajuan yang berbakti untuk bangsanya.
“Bahwa perempuan dan laki-laki setara dalam membangun bangsa dan negara dapat kita lihat salah satu contohnya adalah sosok ibu Fatmawati,” kata Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Noordjannah Djohantini.
Ia memberikan sambutan dalam peringatan Mengenang Hari Ulang Tahun (HUT) Ibu Negara Pertama RI, Fatmawati Soekarno yang ke-96, di Grand Ballroom the Tribrata, Jakarta, belum lama ini.
Dalam acara diselenggarakan oleh Yayasan Fatmawati tersebut, Noordjannah mengingatkan, untuk mengenang dan meneruskan kisah perjuangan Fatmawati, pada acara ini Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah mempersembahkan buku berjudul Muslimah Berkemajuan (Sepenggal Riwayat Fatmawati dan ‘Aisyiyah – Muhammadiyah).
Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah memberikan penghormatan dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Fatmawati, Ibu Negara Republik Indonesia yang telah banyak berjasa kepada umat Islam dan juga bagi semua golongan dengan latar belakang agama, etnis, dan budaya yang berbeda-beda.
“Bendera itu kini menjadi bendera Pusaka sekaligus simbol nasionalisme yang selalu dibentangkan rakyat Indonesia saat ini dan ke depannya,” kata Puan.
“Fatmawati adalah Ibu Negara dan Ibu Bangsa yang lahir dari keluarga Muhammadiyah-‘Aisyiyah yang lekat warna keislaman dan keindonesiaannya yang berkemajuan," tuturnya.
Turut hadir dalam memperingati HUT Ibu Fatmawati yang Ke-96, adalah para ketua Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah; Presiden RI Ke-5 Megawati Soekarnoputri; Ibu Wakil Presiden, Mufidah Jusuf Kalla; Mendikbud, Muhadjir Effendy; Pimpinan/Kepala Kementerian/Lembaga Negara.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Puan Maharani, mewakili pemerintah, mengatakan, hal pertama yang ia ingat dari Fatmawati adalah seseorang yang menjahit bendera Pusaka Merah Putih.
“Ya, Ibu Fatmawati adalah yang menjahit dua kain katun halus yang menjadi bendera Pusaka Indonesia yang dikibarkan saat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945,” kata Puan.
Sosok Fatmawati, menurut Menko PMK, tidak bisa dilepaskan dari Soekarno. Hal tersebut menunjukkan sumbangsih perempuan Indonesia yang ikut memperjuangkan nasib bangsa Indonesia secara mandiri hingga tahap akhir.
“Bendera itu kini menjadi bendera Pusaka sekaligus simbol nasionalisme yang selalu dibentangkan rakyat Indonesia saat ini dan ke depannya,” kata Puan.
Di satu sisi, lanjut Menko PMK, Sosok Fatmawati atau yang bernama asli Fatimah, lahir di Bengkulu pada 5 Februari 1923 dan meninggal pada 14 Mei 1980 ini, memiliki penampilan anggun, berbudaya, serta memiliki ketegasan.
“Melalui peringatan HUT ini juga, kita diajak untuk memanjatkan doa dan syukuran bersama serta penghormatan kepada beliau dan juga para Pahlawan Nasional dalam perjuangan Kemerdekan Indonesia,” ucap Puan.
Menko PMK, juga menyampaikan bahwa kegiatan ini memiliki arti sebagai wujud penghormatan dan penghargaan kepada pahlawan nasional, yang termasuk Ibu Negara Republik Indonesia yang pertama.
Puan pun menyampaikan apresiasi dan penghargaan kepada semua pihak yang telah ikut membantu atas terselenggaran acara tersebut. (adi)
Advertisement