Fatherless Viral, Ini Fakta dan Dampaknya
Kabar tentang Indonesia menjadi fatherless country dengan peringkat ketiga dunia, viral. Penelitian menyebutkan dampak buruk dari kondisi fatherless.
Kondisi Fatherless
Fatherless atau kondisi keluarga tanpa peran ayah dalam mengasuh dan menyayangi anak, sedang viral. Banyak artikel menyebut jika Indonesia menjadi negara dengan fatherless peringkat ketiga terbanyak di dunia.
Artinya, ayah atau bapak banyak tidak turut serta dalam upaya membesarkan anak di keluarga, secara emosi dan juga waktu, meski sosoknya ada.
Penyebab Fatherless
Kondisi fatherless sendiri bermacam-macam. Dari budaya yang menempatkan peran ibu sebagai sosok yang wajib merawat anak, serta menempatkan ayah atau bapak dalam posisi negatif bila banyak terlibat dalam upaya mengasuh anak di keseharian.
Selain itu, kesibukan dengan pekerjaan juga bisa menyebabkan kondisi fatherless. Kemudian kondisi perceraian di mana anak tidak mendapatkan pengasuhan dari ayah akibat orang tuanya berpisah.
Akibat Fatherless
Penelitian Dad4 kids menyebut sejumlah dampak buruk kondisi fatherless. Riset berbasis di Amerika Serikat menyebut jika kondisi fatherless mendorong meningkatnya kemiskinan.
Pada keluarga yang bercerai, keluarga miskin lebih banyak muncul pada keluarga dengan kepala keluarga perempuan dibanding laki-laki.
Selain itu, pendapatan orang tua tunggal laki-laki lebih tinggi dibanding orang tua tunggal perempuan.
Pada keluarga dengan ibu tunggal, akibat tak ada tanggung jawab orang tua, juga ditemukan angka kemiskinan yang tinggi.
Penelitian di Inggris dan Amerika Serikat juga mendapati, anak dari keluarga yang fatherless lebih mudah terlibat dalam aktivitas kriminal dan juga penyalahgunaan obat terlarang.
Dampak Positif Sosok Ayah
Riset Yulinda Ashari untuk UIN Syarif Hidayatullah di tahun 2017, juga menyebut sejumlah hasil riset terdahuli, terkait manfaat hadirnya sosok ayah dalam mengasuh anak.
Di antaranya anak laki-laki yang dekat dengan ayahnya akan lebih memiliki perangai positif terkait keintiman.
Anak-anak yang hidup tanpa campur tangan asuhan ayahnya, lebih cenderung memilih teman yang berisiko membawanya bertemu masalah, serta lebih agresif. Anak-laki-laki dan perempuan juga akan lebih bahagia dibandingkan bocah yang tumbuh tanpa asuhan ayahnya.