Fanatisme pada Persebaya itu Memang 'Gila'
Cinta dan fanatisme itu tanpa batas. Hal-hal 'gila' sekali pun akan ditempuh untuk sekedar memenuhi hasratnya. Bahkan tak jarang pengorbanan besar mereka lakukan demi memenuhi rasa cintanya. Hal itu pula yang dilakukan Bonek Mania pada Persebaya.
Banyak cara yang mereka tempuh agar bisa memberikan dukungan pada tim kebanggaan arek-arek Suroboyo itu. Mulai dari yang sederhana sampai yang tidak rasional.
Salah satu pengalaman unik datang dari salah satu Bonek Banyu Urip, sebut saja B. Berbekal jadwal Persebaya, ia mengaku sengaja menabung selama satu tahun lamanya demi bisa menyaksikan Persebaya bermain di Bandung.
Ketika Away Day itu tiba, B kemudian berangkat Kota Kembang dengan bekal uang sekitar Rp2,5 juta di anjungan tunai mandiri (ATM).
“Uang itu memang sudah saya siapkan untuk ke Bandung. Dengan harapan, saya bisa memberikan dukungan pada Persebaya dan tak perlu khawatir kehabisan uang,” kata pria yang berprofesi sebagai teknisi di salah satu perusahaan di Surabaya tersebut.
Ironisnya, di tengah perjalanan, ia kehilangan dompet dan isinya. Uang yang ada di rekeningnya pun tak bisa diambil karena kartu ATM dan lainnya juga raib. Hanya ada uang Rp20 ribu di kantong celana.
Kendat begitu, ia tak memutuskan kembali ke Surabaya. B terus melanjutkan perjalanannya ke Bandung bersama sejumlah rekannya. Meski terlunta-lunta selama di Bandung, akhirnya bisa pulang dengan kondisi selamat.
“Makan harus nebeng-nebeng ke teman. Tidur yang semula maunya di penginapan gak bisa, akhirnya ngemper di pinggir jalan. Sengsara membawa nikmat. Nikmatnya karena bisa nonton Persebaya langsung di laga away karena sebelumnya saya sudah beli tiket,” katanya. Sayang ia lupa di tahun berapa kejadian tersebut.
Pengamalan berbeda dimiliki salah satu keluarga yang semuanya Bonek. Ini lebih total, karena kemana pun Persebaya main, keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan dua anaknya yang masih balita pasti ikut serta.
Mereka berangkat ke mana saja Persebaya main tandang, bahkan sampai ke Sumatera maupun Kalimantan. Yang mengejutkan, mereka mengendarai motor. “Saya memang cari istri yang juga Bonek. Jadi tahu jiwa saya. Kalau saya ajak anak-anak, ini mumpung mereka belum sekolah,” terang pria yang bekerja sebagai wiraswasta ini.
“Banyak orang yang menyebut saya gila, itu tidak salah. Karena saya memang menggilai Persebaya. Sejak anak-anak saya masih bayi, sudah saya ajak tur kemana saja Persebaya main,” tambahnya.
Pengalaman lebih ekstrem ditemui Ngopibareng.id beberapa tahun silam. Betapa tidak, ada Bonek di tribun penonton saat Persebaya away ke Stadion Kanjuruhan, Malang. Padahal, hubungan antara Bonek dan Aremania tak harmonis.
Mereka bisa masuk dan keluar dari stadion markas sang rival dengan menanggalkan atribut Boneknya. Mereka juga menahan diri untuk bersorak atau sekadar berteriak saat Persebaya memiliki peluang cetak gol. “Jadi kami konsentrasi untuk menahan diri selama di dalam stadion. Nggak enak memang, tapi demi Persebaya,” katanya.
Namun tak semua Bonek yang menyusup ke markas lawan bebuyutan bernasib baik. Insiden itu terjadi ketika Persebaya main di Lamongan lawan Persela, tepatnya ketika Persebaya masih bermain di Divisi I 2002-2003 (kompetisi kasta kedua kala itu). Saat itu, Bonek dengan LA Mania sedang tak akur.
Ia bertolak ke Lamongan dengan beberapa rekannya, namun memilih untuk berpencar ketika masuk ke stadion. Tentu dengan harapan identitas mereka tak terendus oleh suporter Persela.
Sialnya, saat Persebaya mencetak gol ke gawang Persela, secara spontan ia bersorak. Keruan saja pendukung tuan rumah langsung mengetahui identitas aslinya. Tanpa konfirmasi, suporter Persela langsung menghujani wajahnya dengan bogem mentah. Akibatnya, salah satu gigi depannya pun tanggal, dengan kondisi muka bonyok, bibir pecah dan berdarah.
Beruntung nyawanya masih tertolong karena panpel dan aparat kepolisian segera mengamankannya. Seusai pertandingan, ia menghampiri ruang ganti pemain. Di sana ia bertemu dengan ofisial tim, dan sempat bersalaman dengan pemain, salah satunya kapten tim, Mursyid Effendi.
Sampai saat ini, banyak hal di luar nalar masih sering kita jumpai ketika Persebaya bermain. Ya, semua itu semata-mata karena cinta. Setidaknya hal itu tergambar jelas ketika perayaan menjelang HUT Persebaya ke-93, Rabu 17 Juni 2020 kemarin.
Ribuan massa Bonek berkumpul di depan Stadion Gelora 10 Nopember Surabaya untuk merayakan detik-detik menjelang hari jadi Persebaya yang jatuh pada 18 Juni. Mereka seakan mengacuhkan imbauan pemerintah terkait jaga jarak selama masa pandemi Covid-19.
Fanatisme boleh-boleh saja, tapi kesehatan dan keselamatan seharusnya dijadikan pertimbangan. Apalagi banyak di antara mereka yang berkerumun tanpa mengenakan masker.
Selamat Ulang Tahun Persebaya, Dirgahayu Bajul Ijo. Salam satoe nyali...Wani!
Advertisement