Fakta Virus Langya LayV, Dekat dengan Virus Hendra dan Nipah
Virus zoonosis baru, ditemukan lagi di China. Namanya virus Langya henipavirus (LayV). Gejala virus ini ditemukan pada 35 orang sejak pekan lalu. 26 di antaranya berpotensi terpapar virus Langya.
Virus Langnya
Virus Langya ditemukan pertama kali di Provinsi Shandong dan Henan, China, akhir tahun 2018. Virus ini diduga bisa menular dari binatang ke manusia.
Peneliti telah memeriksa binatang liar dan menemukan virus LayV di hampir separuh dari 262 ekor tikus. "Penemuan yang menyarankan jika tikus bisa jadi asal virus". Virus ini juga ditemukan di sekitar 2 persen kambing ternak dan 5 persen anjing.
Penelitian ini juga telah dipublikasikan di jurnal NEJM, pekan lalu. Penelitian dilakukan oleh ilmuwan dari China, Singapura, dan Australia, dikutip dari The Guardian, Rabu 10 Agustus 2022.
Gejala virus LayV
Manusia yang terpapar virus LayV memiliki sejumlah gejala, antara lain demam, lemas, batuk, hilang selera makan, dan nyeri otot. Semua pasien yang terpapar virus mengalami demam dan virus ini ditemukan pada 26 pasien dari 35 orang yang memiliki gejala, di China.
Belum ada laporan kematian akibat virus ini hingga saat ini. Profesor Wang Linfa dari the Duke NUS Medical School, mengatakan pada Global Times jika LayV tidak menyebabkan gejala fatal atau serius, dan masyarakat "tidak perlu panik".
Hasil sekuensi virus LayV mengungkap jika virus ini adalah jenis henipavirus, kategori zoonosis, yang memiliki RNA dari virus Hendra dan virus Nipah.
Virus Hendra adalah virus menyerang manusia dan kuda serta berasal dari Australia. Sedangkan virus Nipah adalah penyebab wabah di Asia Tenggara. Keduanya berkaitan dengan kasus fatalitas yang tinggi.
LayV juga memiliki kekerabatan erat dengan virus Mojiang, yang ditemukan di wilayah Selatan China.
Virus di Taiwan
Pusat Kontrol Penyakit Taiwan (CDC) mengumukan jika mereka melakukan sekuensi genome dan melakukan pengawasan atas virus ini, sejak Minggu lalu.
CDC akan bekerjasama dengan Departemen Pertanian untuk melakukan penyelidikan penyakit serupa di sejumlah spesies khas Taiwan.
Advertisement