Fakta Viralnya Isu Perang Nuklir di Konflik Rusia-Ukraina
Perang nuklir banyak dibicarakan di media sosial. Penyebabnya adalah pernyataan Presiden Rusia, Vladimir Putin yang dipersepsikan sebagai ancaman perang nuklir oleh negara barat. Perang nuklir banyak dibicarakan dalam konflik Rusia dengan Ukraina.
Pernyataan Putin
Pernyataan penggunaan nuklir pertama kali disampaikan Vladimir Putin di Februari 2022. Saat itu ia mengancam akan "menggunakan senjata terkini yang dilengkapi dengan tameng nuklir".
Pernyataan itu dikeluarkan untuk mencegah adanya intervensi dari negara lain, dalam konfliknya dengan Ukraina, dikutip dari South China Morning Post, Minggu 9 Oktober 2022.
Mobilisasi Warga
Pada Agustus hingga saat ini, Rusia cenderung mengalami banyak kekalahan di sejumlah wilayah Ukraina. Kondisi ini diikuti dengan aksi mobilisasi penduduk untuk memperkuat keamanan Rusia.
Kebijakan yang banyak dikritik warganya sendiri yang merasa tak memiliki bekal berperang, dan enggan terlibat. Kebijakan ini menyebabkan sedikitnya 700 ribu warga Rusia pergi mengungsi, meninggalkan negaranya, dikutip dari Reuters.
Aneksasi Wilayah Ukraina
Kondisi tersebut bersamaan dengan upaya aneksasi yang dilakukan Putin atas empat wilayah Ukraina, yaitu Donetsk, Luhanks, Kherson, dan Zaporizhzhia. Pencaplokan itu disebut Rusia telah melalui referendum selama lima hari di akhir September. Mereka dengan sukarela memilih bergabung dengan Rusia.
Rusia kemudian menegaskan bahwa segala serangan ke empat wilayah itu, adalah serangan bagi Rusia, dikutip dari Al Jazeera. Putin berjanji akan "melindungi wilayah itu dengan seluruh kemampuan yang dimiliki," kata Putin.
Klaim ini ditolak oleh Ukraina dan menyebut jika referendum atas 15 persen wilayah Ukraina itu dilakukan sepihak.
Langkah itu dikecam oleh Ukraina dan negara Barat. Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan rencana itu adalah " sebuah parodi". Ukraina sendiri membantah telah melakukan persekusi bagi etnis Rusia di wilayah itu.
Sedangkan sikap Indonesia mengutuk referendum yang dilakukan Rusia, sambil menyebutnya melanggar Piagam PBB dan Hukum Internasional, dikutip dari Antara.
Persepsi Barat
Upaya aneksasi juga berjalan seiringan dengan mobilisasi warga Rusia. Kondisi ini disebut yang pertama terjadi setelah Perang Dunia II berakhir. Selain itu, pernyataan Rusia untuk melindungi wilayahnya dengan segala upaya, juga dianggap sejumlah pemimpin negara Barat bukanlah gertak sambal. Putin bisa jadi menggunakan nuklir untuk mempertahankan wilayahnya.
Putin pun balik menuduh sejumlah negara berencana menggunakan nuklir kepada Rusia, dan menyebut Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Inggris justru mendorong Ukraina melakukan upaya militer kepada Rusia.
"Dalam kebijakan anti Rusia yang agresif, Barat sudah melampaui batas. Ini bukan gertakan. Semua yang mencoba memeras kami dengan senjata nuklir, harus tahu bahwa cuaca bisa berubah dan berbalik menyasar mereka," kata Putin di akhir September 2022.
Meski pada Agustus, Putin menyatakan jika perang nuklir seharusnya tak perlu berlangsung. "Faktanya bahwa tak ada seorang pun yang akan jadi pemenang dalam perang nuklir. Kami berdiri untuk akses keamanan yang setara bagi semua penduduk dunia," katanya dikutip dari Reuters.
Fakta Nuklir
Selama ini, hanya Amerika Serikat saja yang pernah menggunakan senjata nuklir. Hulu ledak bernama Little Boy itu dijatuhkan pada Agustus 1945 di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang.
Kini ada sembilan negara yang memiliki 12.700 hulu ledak nuklir, per 2022. Antara lain Perancis, Israel, China, India, Korea Utara, Pakistan, Inggris, Amerika Serikat dan Rusia.
Dikutip dari laman Federasi Ilmuwan Amerika (FAS), menyebut sebanyak 90 persen hulu ledak nuklir dimiliki oleh Amerika Serikat dan Rusia. Amerika Serikat sendiri memiliki sedikitnya 4.000 kepala nuklir.