Fakta Viral, Apip Dipaksa Minta Maaf Usai Kritik Kades
Apip Nurahman, konten kreator dari Bengkulu Selatan dituntut minta maaf pada kepala desa, usai membuat konten kritik jabatan kades 9 tahun. Pihak Kades sendiri menyebut, mereka keberatan dengan cara Apip melempar kritik lewat videonya.
Viral di Media Sosial
Video permintaan maaf Apip sebelumnya viral di media sosial. Di dalamnya terlihat Apip sedang berdiri di depan para kades. Mengenakan baju batik, Apip jadi sasaran sejumlah kades yang marah dengan kritik Apip di video Tiktok dan Youtubenya.
Tampak sejumlah pria berdiri dan marah menggunakan bahasa daerah Bengkulu Selatan. Terdengar di antara para kades itu, meminta agar Apip mengakui kesalahannya dan meminta maaf.
Klarifikasi Apip
Video itu pun dibenarkan oleh Apip Nurahman. Menurutnya video diambil dalam pertemuannya dengan sejumlah kepala desa di Kabupaten Bengkulu Selatan.
Saat itu, ia sudah menyampaikan permohonan maaf di pertemuan itu. Namun para kades yang tergabung dalam Asosiasi Pemerintahan Desa Seluruh Indonesia (Apdesi) itu menolak permintaan maafnya dan memaksanya membaca surat permintaan maaf yang telah disiapkan DPD Apdesi Bengkulu Selatan.
"Saya telah sampaikan permohonan maaf tapi ditolak, dan dipaksa membacakan teks permohonan maaf sesuai keinginan mereka, karena saya sendiri dan dikelilingi banyak kades teks itu saya bacakan," jelas Apip dikutip dari Detik, Kamis 2 Februari 2023.
Selan itu, forum juga meminta Apip menghapus video kritik tersebut dari seluruh akun miliknya.
Penjelasan Apdesi
Ketua Asosiasi Pemerintahan Desa Seluruh Indonesia (Apdesi) Kabupaten Bengkulu Selatan, Tatang, juga membenarkan video di mana Apip diminta menyampaikan maaf kepada para kades.
Menurutnya, itu adalah penggalan video mediasi antara Apip dan Apdesi. Ia juga menambahkan jika dalam peristiwa utuhnya, kedua pihak sepakat damai. Sedangkan video yang beredar adalah penggalan sebelum kesepakatan damai telah dibuat.
"Itu potongan video tidak utuh sebelum ada sepakat damai. Jangan dilihat sepotong," kata Tatang dikutip dari Kompas, Kamis 2 Februari 2023.
Lebih lanjut, Tatang menekankan jika para kades marah bukan karena dikritik menuntut masa jabatan 9 tahun. Namun lebih ke cara penyampaian Apip yang dianggap tak etis dan tak sesuai dengan budaya Bengkulu Selatan.
"Secara isu substansi kami tidak marah. Namun, lebih kepada tata cara kritik Apip kurang berkesesuaian dengan budaya Bengkulu Selatan. Ada baiknya kritik disampaikan secara santun, baik-baik dan lembut kami pasti terima," katanya.