Turki Akhiri Lockdown, Afrika Selatan Justru Lockdown Lagi
Turki akan mengizinkan kafe dan restoran membuka layanan makan di dalam ruangan setelah tercatat penurunan kasus Covid-19. Penguncian wilayah (lockdown) akhir pekan juga akan berakhir pada hari ini, Selasa 1 Juni 2021.
"Mulai 1 Juni, kafe dan restoran bisa menawarkan layanan makan di tempat antara pukul 07.00 sampai 21.00 waktu setempat. Sementara layanan pesan antar bisa beroperasi hingga tengah malam," kata Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, seperti dilansir CNN, Selasa 1 Juni 2021.
Hal itu berbeda dengan Afrika Selatan. Afrika Selatan kembali menerapkan lockdown akibat lonjakan kasus infeksi Covid-19. Tingkat kenaikan kasus infeksi Covid-19 di Afsel selama tujuh hari terakhir mencapai 31 persen dibandingkan pekan sebelumnya.
Sedangkan jika dibandingkan pada dua pekan sebelumnya lonjakan itu mencapai 66 persen.
Kasus di Turki Lockdown Weekend
Kasus Covid-19 Turki sempat tercatat mencapai 60 ribu kasus per hari pada April lalu. Saat itu Erdogan menerapkan lockdown pada akhir pekan untuk mencegah penularan virus.
Langkah tersebut tak berhasil karena kasus terus melonjak. Baru pada akhir April, Erdogan memilih menerapkan lockdown total.
Pembatasan ketat yang dilakukan sejak 29 April-17 Mei itu menurunkan angka kasus Covid-19 Turki menjadi di bawah 10 ribu kasus per hari.
Sejak penurunan kasus Covid-19 pada pertengahan Mei tersebut, Turki kembali menerapkan kebijakan lockdown akhir pekan. Pembatasan itu berakhir pada hari ini, 1 Juni.
"Tetapi warga masih harus tetap di rumah pada hari Minggu," ucap Erdogan.
Mengubah Jam Malam
Selain itu, Turki juga mengubah jam malam yang awalnya pukul 21.00-05.00, menjadi pukul 22.00-05.00.
Pusat kebugaran bisa dibuka kembali, kegiatan pernikahan juga diizinkan berlangsung di dalam maupun di luar ruangan.
"Perguruan tinggi dapat mulai tahun ajaran baru pada 13 September," tambahnya.
Sementara murid sekolah dasar akan kembali belajar di ruang kelas selama dua hari seminggu. Siswa sekolah menengah juga bisa melakukan hal serupa mulai 7 Juni mendatang.
Meski beberapa sektor sudah mulai dibuka secara bertahap, Erdogan mengatakan masih akan menilai situasi di lapangan untuk menentukan kebijakan selanjutnya.
Covid-19 Melonjak di Afrika Selatan
Afrika Selatan kembali menerapkan lockdown akibat lonjakan kasus infeksi Covid-19.
"Kita belum bisa memperkirakan sampai kapan hal ini akan terjadi," kata Presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa, seperti mengutip Associated Press, Senin 31 Mei 2021.
Tingkat kenaikan kasus infeksi Covid-19 di Afsel selama tujuh hari terakhir mencapai 31 persen dibandingkan pekan sebelumnya. Sedangkan jika dibandingkan pada dua pekan sebelumnya lonjakan itu mencapai 66 persen.
Menurut Ramaphosa, saat ini kota-kota besar di Afsel, yakni Johannesburg dan Ibu Kota Pretoria tengah mengalami gelombang ketiga infeksi corona.
Ramaphosa mengatakan pemerintah akan memperpanjang masa jam malam mulai pukul 23.00 sampai 04.00 waktu setempat.
Kemudian pemerintah membatasi jumlah orang yang boleh berada bersama-sama di dalam satu ruangan maksimal hanya seratus orang, dan maksimal 250 orang untuk kegiatan di luar ruang.
Pembatasan Jumlah Pelayat di Afsel
Lalu, pemerintah juga membatasi jumlah pelayat yang boleh menghadiri pemakaman dari awal hingga akhir maksimal seratus orang. Kemudian kegiatan usaha yang dinilai bukan kebutuhan pokok harus tutup pada pukul 22.00.
"Kami harus tegas. Kita sudah melihat negara lain bernasib tragis karena virus terus menyebar. Kita tidak bisa mengendurkan pengawasan," ujar Ramaphosa.
Sampai saat ini kasus infeksi Covid-19 di Afrika Selatan tercatat mencapai 1.6 juta orang. Dari jumlah itu, sebanyak 56 ribu orang di antaranya meninggal.
Selama ini pemerintah Afrika Selatan menurunkan tingkat lockdown menjadi tingkat satu, dari lima tingkat yang ditetapkan.
Penghentikan Penjualan Minuman Keras
Mereka melarang kegiatan masyarakat di siang hari dan menghentikan sementara penjualan minuman keras dan rokok sejak tahun lalu.
Negara itu sudah mengalami dua kali lonjakan infeksi corona, yakni pada pertengahan 2020, diikuti dengan gelombang kedua pada Desember 2020 hingga Januari 2021.
Para pakar kesehatan memperingatkan lonjakan kasus corona di Afrika Selatan bisa memburuk sepanjang musim dingin.
Advertisement