Fakta Perayaan Diwali di Tengah Pandemi Covid-19
Perayaan Diwali oleh umat Hindu di India mencapai puncaknya pada Sabtu, 14 November 2020. Festival lampu yang menandai pulangnya Rama setelah belasan tahun diasingkan di hutan, menjadi peringatan terbesar dibanding berbagai ritual lain dalam kalender Hindu. Namun pandemi membuat peringatan Diwali, Deepawali, atau Deepavali tahun ini berbeda. Berikut sejumlah faktanya dilansir dari berbagai sumber.
Festival Lampu Diwali
Dilansir dari CNN, Festival Diwali menandai kemenangan atas kebaikan melawan keburukan, cahaya di atas kegelapan.
Festival ini umumnya berlangsung selama lima hari, serta melibatkan acara yang mengumpulkan seluruh anggota keluarga, berbagi makanan enak, mengunjungi kuil, dan melihat pertunjukan kembang api.
Jalanan, rumah, dan pertokoan didekorasi dengan lampu minyak kecil yang terbuat dari tanah liat bernama diyas. Lampu ini menjadi sumber penerangan dengan sinar yang temaram dan hangat.
Festival ini muncul untuk mengingat pulangnya Rama ke kerajaanya, setelah 14 tahun diasingkan. Lampu menyimbulkan kesucian, kebaikan, dan keberuntungan.
Penduduk Hindu di perkotaan di seluruh dunia juga percaya jika selama Diwali, Dewa Hindu, Lakshmi, akan turun mengunjungi rumah mereka, jika rumahnya bersih, terang, dan didekorasi dengan cantik.
Diwali di Tengah Pandemi
Pandemi membuat acara berkumpul dengan keluarga, berkunjung kekuil, dan menyalakan kembang api tak memungkinkan dilakukan. India bahkan melarang menyalakan kembang api hingga 30 November nanti.
Umat Hindu di Inggris pun merayakan Diwali dalam kondisi lockdown. Mereka memasak untuk keluarga inti dan tak banyak menghias rumah mereka.
Sejumlah warga lain merayakan Diwali bersama keluarga mereka di tempat lain, menggunakan media sosial. Berbagai kemeriahan di masing-masing rumah, dibagikan dalam percakapan di media sosial seperti lewat Whatsapp grup chat.
Diwali di Medan
Di Indonesia, peringatan Diwali juga banyak dirayakan oleh warga Hindu terutama di Medan, Sumatera.
Warga keturunan India ini tinggal di ibukota Sumatra Utara itu secara turun temurun sejak pertengahan abad ke-19 dan telah menjadi bagian dari warga negara Indonesia.
Komunitas ini tinggal di Kampung Madras yang memiliki julukan "Little Town India", populer sebagai lingkungan tempat warga keturunan India tinggal.
Di sana berderet ruko warga keturunan India beragama Hindu berdiri hingga saat ini, dilansir dari Tirto. (Cnn/Tir)
Advertisement