Fakta Lengsernya Imran Khan sebagai PM Pakistan
Perdana Menteri Pakistan Imran Khan resmi lengser dari kursinya setelah Mahkamah Agung setempat mengeluarkan keputusan mendukung mosi tidak percaya dari parlemen. Bagi Khan, pilihannya hanya dua, mundur atau divoting agar berhenti dari perdana menteri.
Keputusan Mahkamah Agung
Mahkamah Agung Pakistan mengeluarkan putusan yang mendukung parlemen, pada Kamis, 7 April 2022 waktu setempat. Keputusan Mahkamah Agung menjadi putusan resmi, jika Khan harus mundur sebagai perdana menteri, atau divoting keluar dari jabatannya.
Kondisi tersebut mengakhiri kemelut berkepanjangan di dalam pemerintahan Pakistan. Diawali dengan hilangnya dukungan dari partai koalisi terhadap partai pengusung Khan, Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI), sehingga sulit bagi Khan membendung mosi tidak percaya dari parlemen.
Sedangkan, dukungan Khan di luar parlemen yang datang dari militer, juga hilang. Militer yang tadinya memberikan dukungan saat pemilihan umum tahun 2018, kini berbalik lantaran keputusan Khan yang tak populer di kalangan militer. Meski PTI dan pihak militer membantah kondisi tersebut, dikutip dari Al Jazeera, Minggu 10 April 2022.
Gerak Partai Oposisi
Jelang dilengserkannya Khan dari PM Pakistan, partai oposisi, PPP dan PML-N, bergerak aktif mendorong lengsernya Khan. Langkah ini diikuti partai koalisi yang ikut kritis terhadap Khan.
"Sejauh perhatian kami, pemerintah telah gagal total," kata Senator Anwaar Ul Haq Kakar dari partai koalisi BAP. Partai ini mencabut dukungan dari Khan, pada Maret lalu.
Sejumlah kondisi ekonomi yang buruk membuat suara mosi tidak percaya semakin gencar bertiup. Inflasi di Pakistan meningkat selama Khan menjabat. Kebijakan menghapus subsidi untuk gas dan listrik di tengah naiknya harga global, menjadi momentum gerakan bagi partai oposisi.
Kebijakan itu juga membuat nilai tukar mata uang Pakistan, rupee terjun bebas terhadap dolar AS, sepanjang sejarah. Hal ini diikuti kenaikan bunga tajam dari Bank Pakistan.
Pakar ekonomi dari Universitas Oxford Shahrukh Wani menyebut kondisi ekonomi Pakistan kacau akibat Covid dan juga warisan dari pemerintahan sebelumnya. "Namun pemerintahnya terlambat memadamkan krisis dan reformasi tak pernah berjalan," katanya.
Kolusi dengan Amerika Serikat
Sebelum digulingkan, Imran Khan pada Jumat 8 April 2022, menuding bahwa lawan-lawannya berkolusi dengan AS untuk menggulingkannya atas pilihan kebijakan luar negerinya.
Kebijakan luar negeri yang diambil Khan seringkali tampak menguntungkan China dan Rusia dan menentang AS. Khan berujar, Washington menentang pertemuannya pada 24 Februari dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Kremlin beberapa jam setelah Rusia menginvasi Ukraina, dikutip dari kompas.com.
Advertisement