Fakta Hujan Es di Prancis, Pernah Tewaskan Seribu Tentara Inggris
Prancis dilanda badai dan hujan es pada 22 Mei dan 4 Juni 2022. Hujan es berukuran sebesar bola tenis itu juga menewaskan satu korban, merusak kaca mobil, membuat listrik padam di sejumlah wilayah, dan merusak banyak kebun anggur. Di masa lalu, hujan es atau hail dilaporkan menewaskan 1.000 orang tentara di Prancis.
Badai dan Hujan Es di Prancis
Badai petir dan hujan es terjadi di Prancis, pada Sabtu 4 Juni 2022. Video yang viral menyebut hujan es turun dengan ukuran tak bisa.
Butiran es yang keras dengan ukuran sebesar bola golf, turun di banyak tempat di Prancis. Akibatnya, penerbangan ditunda, listrik padam, puluhan ribu hektare kebun anggur hancur, dan seorang warga dilaporkan meninggal setelah terjebak di bawah mobil akibat banjir bandang.
Pemerintah setempat menyebut badai dan hujan es yang muncul diakui paling parah, dalam 20 tahun terakhir. 65 departemen berbeda, turun tangan dalam mengatasi kekacauan akibat badai dan hujan es di Prancis, melansir Euro News.
1.000 Tentara Tewas
Badan dan hujan es juga pernah melanda Prancis dengan dampak yang lebih berat, di masa lalu. Dikutip dari laman History, hujan es di tahun 1.360 menewaskan sedikitnya 1.000 tentara Inggris di Chartres, Prancis.
Peristiwa yang kemudian disebut sebagai Black Monday di tahun 1.360 itu menjadi bagian sejarah kelam dalam perang Seratus Tahun antara Inggris dan Prancis.
Hujan Es di Indonesia
Meski hujan es bisa turun di Indonesia, Ida Purwani, Subkoordinator Bidang Prediksi Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), menjelaskan, durasi hujan di negara ekuator akan lebih singkat.
“Di Indonesia, fenomena hujan es dapat berlangsung dalam durasi yang singkat, biasanya tidak lebih dari 10 menit, biasanya lebih sering terjadi pada musim transisi atau peralihan, baik dari musim kemarau ke musim hujan (September-November) atau dari musim hujan ke musim kemarau (Maret-Mei),” kata Ida, dikutip dari Tempo, Sabtu 11 Juni 2022.
Fenomena hujan es di Prancis sendiri, menurut Ida berasal dari uap air yang ada di dalam awan cumulonimbus, berubah menjadi tetesan air kecil dan terdorong ke atas akibat pengangkatan dalam awan ke lingkungan yang sangat dingin (suhu < 0 °C) sehingga membeku menjadi bola es kecil yang disebut embrio hujan es.
Selanjutnya, embrio hujan es akan saling bertabrakan dan bersatu sehingga ukurannya menjadi lebih besar (suhu -15 hingga -20 °C).
Hujan es kemudian turun ketika aliran udara naik pada awan tidak dapat lagi menopang berat es atau gaya dorong ke atas melemah sehingga bola es jatuh akibat gaya gravitasi ke permukaan bumi.
Pada ukuran hujan es yang besar di Prancis, menurutnya dipengaruhi oleh kondisi atmosfer yang tidak stabil, aliran udara ke atas (updraft) yang kuat, serta lapisan pembekuan (freezing level) yang lebih rendah.
“Hujan es lebih sering terjadi di lintang menengah dengan ukuran yang lebih besar akibat dari lapisan pembekuan yang lebih rendah (<3.400 m) daripada di daerah tropis (4.500-5.000 m). Selain itu, kondisi atmosfer di daerah tropis relatif lebih hangat di lapisan atas sehingga hujan es lebih jarang terjadi,” jelas Ida mengenai penyebab ukuran es di Prancis hingga sebesar bola tenis.
Advertisement