Fakta Gas Air Mata Sidang Kanjuruhan, Kesaksian Terdakwa Vs Saksi
Sidang Tragedi Kanjuruhan telah memasuki pekan ketiga sejak dimulai Senin, 16 Januari 2023 di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya. Berikut sejumlah fakta pengadilan terkait penembakan gas air mata ke tribun penonton.
Perintah Gas Air Mata
Pertandingan Arema FC melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan berubah menjadi tragedi dengan 135 suporter tewas dan puluhan lain terluka.
Pemicunya adalah gas air mata yang menyebabkan suporter kemudian berlarian mencari jalan keluar. Hingga jatuh korban akibat sesak napas, benturan akibat terjatuh, terimpit, dan berdesak-desakan di pintu keluar yang sempit bahkan tertutup.
Dalam sidang terungkap jika aparat kepolisian tak menerima perintah larangan membawa gas air mata ketika mengamankan laga pada 1 Oktober 2022 itu.
Hal ini diungkapkan saksi dari Polres Malang, Bripka Eka Narariya, pada sidang di PN Surabaya, Kamis 19 Januari 2023.
Anggota Polsek Pakis itu mengakui mereka sempat mendapat arahan dari Kapolres Malang kala itu, AKBP Ferli Hidayat. Arahan melarang adanya tindakan berlebihan juga jenis senjata yang dilarang dibawa masuk, namun tidak menyebutkan flash ball alias pelontar gas air mata.
"Arahan di tribun VIP instruksi tidak boleh ada tindakan berlebihan. Flash ball tidak dilarang, yang dilarang senjata api masuk ke stadion,” kata Eka, seperti diberitakan Ngopibareng.id sebelumnya.
Saksi ini juga mengaku tak ada arahan terkait mekanisme evakuasi, juga jalur keluar, bila terjadi ketegangan di dalam Kanjuruhan.
Instruksikan Tembak Gas Air Mata
Senjata flash ball yang dibawa aparat juga diakui oleh dua terdakwa, Danki 3 Brimob Polda Jatim AKP Hasdarmawan, dan Kasat Samapta Polres Malang AKP Bambang Sidik Achmadi.
Bambang sidik bahkan mengaku tak pernah ada larangan dari steward untuk membawa flash ball ketika pertandingan. Ia menyebut telah membawa pelontas gas air mata itu di 10 kali pertandingan.
Dalam persidangan pada Kamis 26 Januari 2023, Bambang menyebut menugaskan 31 anggota untuk mengamankan pemain dan official Persebaya. Selain flash ball, mereka melakukan pengamanan juga dengan membawa APAR.
Dari 29 anggota yang ada di dalam, dua di antaranya, menurut Bambang, dibekali flash ball. Perintah penembakan gas air mata dia keluarkan ketika suporter mulai turun memenuhi lapangan.
"Anggota kami terbatas, akhirnya saya perintahkan menembak gas air mata. (Saya perintahkan) tembak ke tengah lapangan satu kali,” katanya dalam persidangan.
Hal serupa juga disampaikan Danki 3 Brimob Polda Jatim AKP Hasdarmawan. Terdapat sembilan anggota Brimob yang dipersenjatai dengan gas air mata.
Hasdarmawan menyebut sedikitnya empat kali perintah tembakan keluar darinya, pada malam itu. Namun ia mengaku tak memerintahkan anggotanya menembak ke arah tribun penonton. "Setiap perintah, satu tembakan. (Tembakan ke tribun) tidak ada. (Masing-masing anggota memutuskan sendiri menembak kemana) iya, tembakanya sesuai ancaman," lanjutnya.
Terungkap di persidangan total ada 57 kali tembakan gas air mata, baik di dalam dan di luar stadion Kanjuruhan.
Kesaksian Penembak
Sidang juga dihadiri 12 anggota kepolisian penembak gas air mata. Dalam kesaksian mereka pada Jumat 20 Januari 2023, tak ada satupun dari 12 anggota mengaku menembak ke arah tribun penonton.
Sedangkan dalam sidang, majelis hakim juga memutar video berisi penembakan gas air mata. Terlihat di dalam video, terdapat petugas yang menembakkan gas air mata ke arah tribun berisi suporter.
"Tidak ada pak (tembakan ke tribun seperti di video). Tidak ada (instruksi tembak ke tribun),” kata salah satu saksi dalam sidang kala itu.
Terungkap pula bila ada tiga jenis peluru gas air mata dengan dampak yang berbeda. "Ada abu-abu dengan efek mengeluarkan asap saja, ada yang biru efeknya perih, merah juga efeknya perih, rata-rata sama,” kata salah satu saksi Brimob.
Temuan Proyektil di Tribun Penonton
Kesaksian yang berbeda tentang gas air mata di tribun penonton disampaikan oleh saksi penonton. Eka Sandi, yang ada di tribun 13 melihat petugas menembak gas air mata di tribun tempatnya berdiri.
"Tahu ada tembakan ke arah saya sebelum keluar gas ada serbuk-serbuknya, itu kena mata saya. Saya terjatuh dari tribun atas, satu tingkat, enggak bisa melihat, muka sama mata panas, terus efeknya juga lemas,” kata Sandi pada sidang Kamis, 19 Januari 2023.
Ahmad Syaifudin saksi lain, bahkan menyebut jika tembakan asap yang membuat pedih sudah muncul pada pukul 18.00 di tribun 14, tempatnya duduk.
Lain lagi kesaksian Dayanka Wijaya, penonton di tribun 12. Ia menyebut tembakan dengan asap ke arahnya membuatnya sesak napas, kepala sakit, dan kemudian pingsan. Pasa sidang Selasa 31 Januari 2023, Aremanita ini juga mengaku hingga kini sering mengalami sesak napas bila beraktivitas.
"Setelah dari rumah sakit belum bisa aktivitas normal, paru-paru tersengal buat jalan. Jalan agak susah, akhirnya istirahat di rumah. Masih ada sesak nafas dan pusing, (kata dokter) masih ada infeksi di paru-paru,” katanya.
Kesaksian Eka Sandi di hari yang sama menguatkan rekan-rekannya. Duduk di tribun 13, Eka melihat tembakan gar air mata di atasnya. Akibatnya, pecahan proyektil melukai matanya, menyebabkan buta sesaat, terjatuh dan terinjak-injak suporter lain.
Soal gas air mata ke tribun juga diungkapkan steward bernama Akhmad Yoni. Ia melihat gas air mata ditembakkan ke tribun arah selatan.
Bahkan saksi dari Polres Malang, Dwi Cahyono mengaku menemukan 19 proyektil gas air mata di sejumlah tribun penonton.
"Ada logam bagian gas air mata di sisi selatan, menurut Labfor (laboraturium forensik) proyektil, ada sejumlah 19 proyektil,” kata Dwi, pada sidang Jumat 13 Februari 2023. Rincinya, proyektil ditemukan di tribun berdiri 11, 12, dan 13, juga selongsong gas air mata di selokan tribun VIP.
Amunisi gas air mata belum terpakai juga ditemukan di tribun VIP serta tempat pemain cadangan.
Eks Kapolres Ngaku Dibohongi
Soal penembakan gas air mata di dalam Kanjuruhan, AKBP Ferli Hidayat, mengaku tak tahu. Ia menyebut sedang berada di luas stadion dan bertugas mengamankan rombongan Persebaya keluar, ketika penembakan gas air mata terjadi di dalam.
"Saya tidak mendapatkan laporan apa pun dari dalam. Kami tidak tahu apa yang terjadi, karena enggak ada laporan. Kami waktu itu juga berfokus untuk evakuasi korban dengan cepat,” katanya dalam sidang Kamis 19 Januari 2023.
Bahkan ia mengaku dibohongi anggotanya terkait penembakan gas air mata di dalam Kanjuruhan. Ferli menyebut, anggotanya baru mengakui, beberapa hari setelah kejadian.
“Kesatuannya dari Brimob (yang bawa flash ball). Dari Polres Malang (juga bawa flash ball), Bidang Samapta,” ucapnya.
Advertisement