Mitos dan Fakta Pengobatan Kemoterapi
Pengobatan kanker melalui kemoterapi kerap diidentikkan dengan penyebaran sel kanker yang sudah parah. Mitos inilah yang beredar luas di kalangan masyarakat tentang terapi yang satu ini.
Sehingga anjuran dokter agar pasien penderita kanker menjalani kemoterapi pun kerap menimbulkan keresahan di benak pasien karena mereka diliputi rasa pesimistis.
Faktanya, menurut dr. Lidy Hartono dari Adi Husada Cancer Center (AHCC) bahwa setiap dokter dalam memberikan terapi pada pasien kanker tergantung dari kondisinya masing-masing.
"Perlu diketahui modalitas atau terapi pada kanker ada tiga, yaitu pembedahan, radioterapi, dan kemoterapi. Bukan berarti dokter menyarankan kemoterapi saja dia tidak tertolong. Bukan seperti itu," ungkap Lidy ditemui di ruangannya.
Lanjut Lidy, dokter mempunyai alasan kenapa harus terapi tertentu. Misalnya, dokter memberikan radioterapi atau kemoterapi untuk mengecilkan kanker. Setelahnya baru dilakukan pembedahan untuk mengangkat semua sel kanker yang ada di dalam tubuh pasien.
"Sebaliknya kalau kanker diketahui masih awal-awal biasanya akan dilakukan pembedahan dulu oleh dokternya. Lalu setelah operasi dilakukan radioterapi atau kemoterapi untuk mematikan semua sel kanker yang tersisa," jelas Lidy pada Ngopibareng.id.
Untuk meminimalisir fakta dan mitos yang beredar di masyarakat, menurut Lidy, masyarakat harus pandai memilih informasi dari sumber yang terpercaya.
"Saat bertemu dokter jangan sungkan untuk menanyakan fakta dan mitos yang mereka dengar, agar tau kebenarannya bagaimana. Dengan begitu pasien dan keluarga pun tidak akan kebingungan," imbaunya.
AHCC merupakan salah satu pusat layanan kanker terpadu yang berada di bawah naungan RS Adi Husada Undaan Wetan. AHCC juga dilengkapi tenaga medis dan alat pemeriksaan yang canggih.
Bila Anda ingin berkonsultasi dengan dokter mengenai kanker beserta fakta dan mitosnya. Silakan datang ke AHCC yang beralamat di jalan Undaan Wetan Nomor 40-44, Surabaya.
Advertisement