Fakta dan Mitos, Kayu Bajakah Dalam Pengobatan Kanker
Penyakit kanker masih menjadi penyebab angka kematian tertinggi saat ini. WHO juga menyebutkan sekitar 200.000 jiwa di seluruh dunia meninggal akibat kanker.
Meski pengobatan kanker dalam kedokteran lebih mengenal radioterapi, kemoterapi dan pembedahan. Namun masih banyak juga masyarakat Indonesia yang masih meyakini bahwa pengobatan alternatif merupakan salah satu metode pengobatan yang tepat dan minim risiko.
Tapi faktanya pengobatan alternatif dapat memicu pertumbuhan kanker, jika tidak segera mendapatkan tindakan yang benar maupun tanpa melalui prosedur yang tepat.
Salah satu pengobatan alternatif yang diklaim dapat menjadi pengobatan kanker adalah kayu bajakah.
Kayu asal Kalimantan ini ramai diperbincangkan dapat menyembuhkan kanker. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, bajakah ini disebut memiliki senyawa-senyawa yang bisa berperan sebagai antioksidan yang sekaligus bisa berperan sebagai anti kanker.
Kandungan lain dalam akar bajakah lainnya adalah saponin, alkoloid, steroid, terpenoid, flavonoid, tanin, dan fenolik. Diketahui, jumlah antioksidan dalam akar bajakah ini juga cukup tinggi.
Meski demikian, menurut dr. Nina Irawati SpB(K)Onk-KL, spesialis Onkologi dari Adi Husada Cancer Center (AHCC), sebaiknya jangan dulu percaya akan berita khasiat dari tanaman tersebut tanpa disertai sumber dan hasil riset yang akurat.
“Sebelum dipakai untuk pengobatan harus melakukan uji klinis terlebih dahulu, mulai dari tes ke binatang dulu, tes populasi sehat, tes populasi sakit, dan harus dibandingkan. Selain itu tujuan uji klinis ini untuk melihat efek samping yang ditimbulkan agar jelas. Waktu yang dibutuhkan untuk uji praklinis sampai uji klinis pun bahkan bisa sampai bertahun-tahun” jelas dr. Nina Irawati SpB(K)Onk-KL.
Pada dasarnya, semua uji praklinik dan uji klinik ini dilakukan untuk menilai efektivitas dan keamanan produk. Tanpa melalui uji tersebut, siapapun tidak boleh melakukan klaim efektivitas dan keamanan.
Dari ilmu kedokteran sebuah pengobatan hanya boleh disampaikan apabila memang secara ilmiah sudah bisa dibuktikan.
Sebagai seorang dokter, Nina biasa ia disapa, tidak menentang adanya pengobatan alternatif pada penyakit kanker. Hanya seharusnya dilakukan uji klinis yang mendalam mengenai hal ini.
"Butuh waktu yang sangat panjang dan bertahun-tahun, untuk mengklaim sesuatu menjadi pengobatan. Misalnya saja kemoterapi tak terhitung berapa kali ia diuji coba sebelum digunakan dalam pengobatan kanker," tutupnya.
Advertisement