Fadli Zon Jangan Main Api, Keluarga Mbah Moen: Sudahi Aksi
Warga masyarakat utamanya para santri diimbau agar menyudahi persoalan puisi ‘Doa yang Ditukar’ buatan Fadli Zon. Ada aksi Bela Kiai, dirasa dapat mempengarahui stabilitas keamanan pada penyelenggaraan Pemilu nantinya.
“Ini sudahlah, namanya saja Pemilu. Soal doa Mbah Moen itu tidak usah dipanjang-panjangkan. Pemilu ini mari kita jalankan secara damai, dan wujudkan pemilu yang berkualitas,” kata KH Majid Kamil MZ, putra Mbah Moen, dalam keterangan diterima ngopibareng.id, Selasa 12 Februari 2019.
Seperti diketahui, Fadli Zon melalui larik-larik yang disebut puisi, menyinggung perasaan kaum santri. Karena, menyinggung ulama kharismatik KH Maemun Zubair saat berdoa Presiden Joko Widodo di Pesantren Al-Anwar Sarang Rembang. Aksi dari kaum santri pun memprotes Fadli Zon di pelbagai daerah. Seperti di Kudus, Probolinggo, Garut dan sejumlah daerah lainnya.
Sedang Fadli Zon bersikukuh tidak mau meminta maaf atas kasus tersebut. Inilah yang justru menimbulkan kegeraman dari kaum santri, khususnya santri dan alumni santri Kiai Maemun Zuber.
Lebih jauh Gus Kamil, panggilan akrabnya, menjelaskan, perbedaan pilihan dalam Pemilu tidak seharusnya membuat perpecahan. Ia mewakili keluarga Mbah Moen berharap nantinya siapapun Presiden yang terpilih, seluruh masyarakat dapat mendukung secara penuh.
“Jangan sampai nanti pendukung pasangan calon sana, terus digembosi yang sini ya jangan lah. Pemilu ini kan untuk bagaimana mendirikan negara dengan presidennya yang baik,” tuturnya.
Di sisi lain, Gus Kamil meminta agar Fadli Zon tidak suka membuat permasalah, alias main api.
“Kalau menurut saya jangan main api-lah. Jangan main api itu bagaimana? Kalau mengatakan sesuatu yang sesuatunya itu yang mungkin begini mungkin begitu. Nah ini 'kan masyarakat banyak, ada yang fanatik, ada yang peduli rasanya ke Mbah Maimoen tinggi, sehingga ada yang tidak terima,” kata KH Majid Kamil MZ.
“Kalau menurut saya jangan main api-lah. Jangan main api itu bagaimana? Kalau mengatakan sesuatu yang sesuatunya itu yang mungkin begini mungkin begitu. Nah ini 'kan masyarakat banyak, ada yang fanatik, ada yang peduli rasanya ke Mbah Maimoen tinggi, sehingga ada yang tidak terima,” paparnya.
Sementara itu, Taj Yasin Maimoen Zubair, menambahkan, saat ini selayaknya masyarakat memikirkan bagaimana caranya nanti agar seluruh TPS yang ada dapat dipenuhi pemilih. Bukannya membahas permasalahn yang tak ada hentinya.
“Sudahlah ini tidak perlu diperpanjang lagi. Yang terpenting sekarang, bagaimana kita mendorong masyarakat Jawa Tengah untuk berbondong-bondong datang ke TPS nanti saat penyelenggaraan Pemilu,” terang Gus Yasin yang juga menjabat sebagai Wakil Gubernur Jawa tengah, yang adik dari Gus Kamil.
Singgung Romi
Gus Kamil menambahkan, jika memang kata kau yang ada dalam puisi tersebut bukan untuk Mbah Moen, maka Fadli Zon tidak bersalah terhadap Mbah Moen. Namun, justru ia bermain api dengan adanya penggunaan kata kau di bait puisi bagian tengah dan bawah, karena menyinggung pihak lain.
“Kalau saya Fadli Zon sih gak salah apa-apa sama Mbah Maimoen. Tapi dia itu main api, juga mengkritik mas Romi. Mengkritik mas Romi itu menurut saya juga salah, saya pun membela mas Romi. Dia dikatakan makelar, dikatakan yang lain-lain, itu gak pantas lah. Menjelek-jelekan orang itu gak pantas, gitu aja,” terangnya.
“Dan ini sudah lah, selagi Fadli Zon tidak merasa bersalah dan mengatakan itu bukan mbah Maimoen ya gak masalah. Saya pribadi lho ya, kalau mbah Maimoen itu gak papa, tapi kalau dengan mas Romi ya papa. Ya menurut saya itu. Karena politik ya, itu kan memang saling menyerang,” lanjutnya.(adi)