Fachrul Rozi, Menteri Agama dari Mathlaul Anwar dan Mantan TNI
Setelah dilantik menjadi Menteri Agama, Fachrul Rozi mengaku akan mempelajari terlebih dahulu pendekatan-pendekatan yang akan dilakukannya untuk mencegah radikalisme semakin menyebar luas. Dia pun berjanji akan merangkul semua pihak dan semua agama.
"Saya bukan menteri agama Islam, saya Menteri Agama RI yang di dalamnya ada lima agama," ujar Fachrul, di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta pada Rabu, 23 Oktober 2019.
Jawaban Fachrul Rozi ini, sekaligus mempertegas suara-suara dari kelompok Islam yang mempertanyakan kehadirannya. Seperti NU, ada pertanyaan: kenapa menteri agama dari mantan tentara, kok bukan dari ormas Islam?
Seperti diketahui, Fachrul Rozi adalah Menteri Agama pertama dari militer sejak reformasi. Jenderal Purnawirawan ini, masuk dalam jajaran Kabinet Joko Widodo - Ma'ruf Amin, yang tadi siang dilantik.
Sejak reformasi bergulir, sejumlah nama mengisi posisi Menteri Agama di antaranya M Quraish Shihab, Abdul Malik Fadjar, Muhammad Tolchah Hasan, Said Agil Husin Al Munawwar, Muhammad M Basyuni, Suryadharma Ali, Lukman Hakim Saifuddin dan HR Agung Laksono (plt Menag).
Tidak disangka, kementerian yang membidangi keagamaan di Indonesia dipimpin oleh kalangan militer di era reformasi setelah sebelumnya banyak dipimpin dari kalangan sipil baik itu tokoh publik, partai politik dan profesional.
Dari penelusuran ngopibareng.id, Jenderal TNI (Purn) Fachrul Rozi sebenarnya masuk dalam jajaran organisasi Islam. Ia menjadi pengurus di Pengurus Besar Mathlaul Anwar (MA), tepatnya sebagai Anggota Majelis Amanah Pusat PB Mathlaul Anwar, yang berbasis massa di Banten dan sebagian Jawa Barat. Di dalamnya, juga terdapat tokoh PKS, Jazuli Juwaeni.
Sebelumnya, Fachrur Rozi mengaku, sempat menebak-nebak alasan Presiden Joko Widodo menunjuk dirinya sebagai Menteri Agama. Padahal, Fachrul berlatar belakang militer dan sama sekali tidak memiliki rekam jejak di bidang agama.
"Kalau saya menebak-nebak Pak Jokowi, mungkin karena saya suka ibadah dan suka ceramah, temanya Islam damai dan toleransi serta persatuan kesatuan," ujar Fachrul.
Fachrul menerka, hal-hal itulah yang membuat Jokowi berpikir bahwa dirinya bisa membantu pemerintah untuk menangani masalah radikalisme yang meruak belakangan ini.
"Kan banyak Islam radikal itu, saya kira karena menafsirkan agamanya itu salah. Nah, mungkin Pak Jokowi melihat saya bisa membantu menciptakan suasana damai dan membangun persatuan," ujar Fachrul.