Face off Kota Gaya Gus Ipul
Saifullah Yusuf alias Gus Ipul sangat serius memimpin Kota Pasuruan. Hanya dalam setahun, ia berhasil melakukan face off wajah kota yang punya branding Kota Madinah itu.
Face off? Ya. Ia melakukan operasi wajah kota dalam keterbatasan dana yang dimilikinya. Caranya unik dan cerdas. Ia melakukannya dengan cara swakelola. Untuk memperbaiki wajah ikon kota.
Padahal APBD kota dengan 4 kecamatan itu hanya Rp1 triliun lebih sedikit. Sepersepuluh APBD Kota Surabaya. Tidak sampai 5 persen APBD Pemprov Jatim yang Rp27 triliun, tempat ia menjadi Wakil Gubernur sebelumnya.
Tapi ia tetap bersemangat. Rupanya tekad membangun tempat kelahirannya ini betul-betul ingin diwujudkan. Tidak hanya sekadar janji semata. Dengan memanfaatkan kemampuan teknokratis dan politisnya.
Saya berkesempatan diajak berkeliling kota malam hari di bulan Ramadan ini. Dengan menggunakan mobil Daihatsu bekas milik asisten pribadinya. Sambil inspeksi para karyawannya yang sedang kerja lembur malam.
Dengan sarung, berjaket dan berpeci hitam, Gus Ipul lebih tampak santai. Seperti biasanya, ia menyukai gaya informal. Dia datangi orang-orang yang nongkrong di jalanan. "Suka nggak dengan penataan kawasan ini?" tanyanya kepada anak-anak muda yang nongkrong. "Suka," jawab mereka serentak.
Jalan Pahlawan yang menjadi jalan protokol Kota Pasuruan salah satu obyek yang di-face off. Dengan melebarkan pedestrian dan mempersolek bangunan kuno di sepanjang jalan itu. Juga mengecat putih bangunan kuno yang semula kumuh.
Sejumlah anak muda banyak yang mulai nongkrong di kawasan itu. Juga tampak sejumlah keluarga dengan anaknya duduk-duduk di taman sisi selatan yang baru dibenahinya. Dengan beberapa kursi taman yang menghadap di jalan.
Beberapa tugu kota yang ada di sejumlah perempatan jalan juga dibenahinya. Menjadi lebih bersih dan cantik. Dengan selera arsitektural yang tidak kaleng-kaleng. Misalnya, tugu adipura diubahnya menjadi tugu dengan jam arsitektur kuno. Cantik.
Gus Ipul memang punya program revitalisasi tiga tempat ikonik Kota Pasuruan. Yakni alun-alun, kawasan heritage di Jalan Pahlawan, dan Pelabuhan. "Cuma kita lakukan bertahap. Tahun ini, pelabuhan juga sudah mulai. Jalan Pahlawan juga sudah mulai ditata," katanya.
Di kawasan Jalan Pahlawan ini juga ada asetnya P3GI (Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia). Punya kawasan 50 hektar di tengah kota. Punya aset bangunan kuno di sepanjang jalan utama Surabaya-Probolinggo ini.
Sebagai mantan Komisaris Utama PTPN Group, Gus Ipul sudah dapat komitmen bantuan CSR dari BUMN gula tersebut. Totalnya Rp2 miliar. "Ini yang akan kami pakai untuk face off Jalan Pahlawan termasuk sepanjang P3GI," tambah Gus Ipul berseri-seri.
Kemampuannya melobi dan komunikasi politik, membuat program face off Kota Pasuruan ini berjalan. Ia tidak perlu membebaskan lahan untuk pelebaran pedestrian. Pemilik aset di sepanjang jalan itu dengan sukarela mendukung penataan kotanya.
Jaringannya ke pemerintahan provinsi dan pusat juga memudahkan dia mendapat dukungan dana. Sehingga dengan APBD terbatas ia bisa merealisasikan gagasan-gagasannya dengan cepat. Tidak perlu menunggu ketersediaan kapasitas fiskalnya.
Gus Ipul masih sempat mewujudkan kepiawaiannya dalam komunikasi marketing kotanya. Dengan menggelar berbagai event hiburan yang bisa mengangkat nama kotanya. "Habis lebaran, saya mendatangkan Ebiet G Ade. Untuk konser tunggal di sini," tambahnya.
Gus Ipul juga gercep memfasilitasi event-event yang bermakna untuk makin memperkenalkan kotanya. Misalnya memfasilitasi kegiatan sepeda Surabaya-Bromo. Yang digelar Bos DBL Azrul Ananda. Kegiatan sepeda yang diikuti cyclist dari berbagai kota.
Rupanya kesediaannya turun kelas dari memimpin di tingkat nasional, provinsi dan kini kota Pasuruan bukan sekadar mencari jabatan. Ia ingin berbuat sesuatu untuk daerah kelahirannya. Dengan meninggalkan legacy alias warisan yang bisa dinikmati banyak orang.
Gus Ipul memang tergolong politisi unik. Jika banyak orang memiliki karier ke atas, ia menurun. Dari menteri, wakil gubernur, kini walikota. Tidak banyak politisi yang bisa menjalani peta karier seperti ini. Gus Ipul bisa menjalani dan menikmati dengan hati.
Poinnya, memimpin daerah --betapa pun kecil dan terbatasnya dana-- memang harus ulet, ubet dan kreatif. Untuk memberikan jejak kepemimpinannya. Untuk menampakkan kehadirannya. Dengan cara cerdas dan ikhlas.
Gus Ipul salah satu tipe kepala daerah yang demikian. Yang tak menyerah dengan keterbatasan fiskalnya. Ia memang tidak akan mendapat jenang --manfaat material dari kepemimpinannya. Tapi pasti mendapat jeneng --nama yang dikenang warganya.
Gus...pasti akan ada jalan untuk menapak kembali karier ke atas. Apalagi sekarang ditambah kesibukan khidmahnya dengan menjadi Sekjen PBNU. Yang membuat ia harus wira-wiri setiap minggu: 4 hari di Pasuruan, 3 hari di Jakarta.
Siapa ingin menirunya. Rupanya penting memilih kepala daerah yang tidak hanya jago kandang. Tapi pilihlah pemimpin daerah yang luas jaringan. Jangan hanya memilih yang berpikir cari "jenang" dari jabatannya. (Arif Afandi)