Evakuasi Diplomatik, Pesawat Terakhir Militer AS di Afghanistan
Komandan Pusat Komando Militer AS (Centcom) Jenderal Frank McKenzie mengumumkan pesawat terakhir militer AS resmi meninggalkan Afghanistan, pada Senin 30 Agustus 2021 waktu setempat, dengan pasukan dan staf inti diplomatik yang tersisa.
Keberangkatan pesawat tersebut menandai akhir dari perjalanan penuh dan berdarah dari perang terpanjang Amerika Serikat.
"Saya di sini untuk mengumumkan selesainya penarikan kami dari Afghanistan dan berakhirnya misi untuk mengevakuasi warga Amerika, warga negara ketiga dan warga Afghanistan yang rentan," kata McKenzie selama konferensi pers di Pentagon, Senin 30 Agustus 2021 waktu setempat.
"Pesawat C-17 terakhir lepas landas dari Bandara Internasional Hamid Karzai pada 30 Agustus sore ini pukul 15:29 waktu setempat," tambahnya.
Sebagaimana dilansir CNN, keberangkatan tersebut juga menandai pertama kalinya dalam hampir dua dekade bahwa AS dan sekutunya tidak memiliki pasukan di Afghanistan setelah menghabiskan US$2 triliun dan hampir 2.000 tentara AS tewas dalam aksi.
Misi Evakuasi Diplomatik
McKenzie menambahkan bahwa AS akan melanjutkan misi evakuasi diplomatik.
"Sementara evakuasi militer selesai, misi diplomatik untuk memastikan tambahan warga AS dan warga Afghanistan yang memenuhi syarat, yang ingin pergi, terus berlanjut," katanya.
Seorang pejabat senior Kementerian Luar Negeri mengatakan bahwa Kementerian Luar Negeri tidak lagi memiliki warga sipil di lapangan begitu militer AS meninggalkan Afghanistan.
"Kami tidak akan memiliki warga sipil di lapangan begitu militer pergi," kata mereka.
Pejabat itu juga mengatakan bahwa mereka mengharapkan Kedutaan Besar AS di Kabul untuk menangguhkan operasi kedutaan pada akhir penarikan pasukan militer.
Namun, ia juga menegaskan "itu tidak berarti bahwa kami menangguhkan komitmen apa pun kepada warga Amerika di Afghanistan, untuk membahayakan warga Afghanistan, untuk orang Afghanistan."
Operasi Berbagi Informasi
Sedikitnya 60 orang warga sipil dan 12 tentara Amerika Serikat (AS) dan sekitar 140 lainnya luka-luka, akibat dua serangan bom yang terjadi di sekitar bandara Kabul, Afghanistan Kamis lalu.
Kelompok ISIS diduga berada di balik serangan ini. Taliban mengutuk keras aksi serangan bom di bandara Kabul, dengan menyebut akan menghentikan dengan tegas kegiatan sejenis, untuk memberikan jaminan keamanan dan perlindungan.
Menanggapi peristiwa ini, Jenderal Marinir Kenneth 'Frank' McKenzie, Komandan Komando Pusat Amerika Serikat (Centcom) mengatakan, ada operasi berbagi intelijen antara AS dan Taliban, terkait dengan keduanya memiliki tujuan yang sama, menyelesaikan evakuasi yang sedang berlangsung pada 31 Agustus mendatang.
"Selama kita tetap menyelaraskan tujuan bersama itu, mereka berguna untuk bekerja sama," kata McKenzie, menambahkan bahwa beberapa informasi terkait ancaman teror juga dibagikan, mengutip Sputnik Jumat 27 Agustus.
Tragedi di Kabul
"Kami membagikan versi informasi ini (tentang ancaman teroris) dengan Taliban, sehingga mereka benar-benar melakukan pencarian. Kami pikir mereka telah menggagalkan beberapa (serangan teror)." sambungnya.
Lebih jauh McKenzie menerangakan, dia tidak memiliki informasi yang akan membuatnya percaya bahwa Taliban sengaja membiarkan serangan teror Hari Kamis terjadi di Kabul.
"Saya tidak tahu. Saya tidak berpikir ada sesuatu untuk meyakinkan saya bahwa (Taliban) membiarkannya terjadi," tutur McKenzie dalam menanggapi pertanyaan tentang potensi kepuasan Taliban dalam membiarkan serangan terjadi.
Sebagai Komandan Centcom, McKenzie mengatakan bahwa program berbagi intelijen telah berlangsung sejak 14 Agustus. Centcom sendiri merupakan komando pasukan AS yang memiliki area tugas di Timur Tengah, Mesir, Asia Tengah dan sebagian Asia Selatan.