Euforia Anggota DPR Baru, Pengamat: Ingat Sindirian Gus Dur, Seperti Taman Kanak-kanak
Pengamat menilai kritikan Gus Dur yang menyebut DPR seperti taman kanak-kanak, masih relevan untuk menilai anggota DPR periode 2024 - 2029 yang dilantik 1 Oktober 2024.
Meski tidak semua, cukup banyak anggota DPR euforia berlebihan, utamanya mereka yang baru menjadi anggota legislatif, sehingga membuatnya lupa kalau dia adalah anggata dewan yang terhormat.
Ada yang mengenakan kostum Ultramen, cengengesan dan berswa foto di ruang sidang. Melambaikan tangan ramai-ramai ketika disorot kameramen televisi, mirip dengan superter sepak bola kalau di wajahnya terlihat di layar lebar di tribun stadion. Berebut interupsi yang tak perlu, hanya pingin disorot TV dan terdengar suaranya.
"Berbuat neko-neko dan euforia berlebihan di ruang sidang akan mengurangi empati rakyat, serta menurunkan wibawa lembaga legeslatif," kata pakar komunikasi politik Universitas Indonesia, Ibnu Hamat, kepada Ngopibareng.id Jumat 4 Oktober 2024.
Ironisnya, tingkah laku aneh aneh itu terjadi saat pengambilan sumpah dan janji anggota DPR. Menurut Prof Ibnu, anggota DPR harusnya memahami bahwa upacara pengambil sumpah dan janji itu sakral, karena bagi yang beragama Islam diawali dengan kata, "Demi Allah saya bersumpah....Atau demi Tuhan saya berjanji....". Faktanya terlihat ada anggota DPR yang tidak serius ketika mengucapkan sumpah dan janji tersebut.
"Saya sangat empati kepada anggota DPR yang beruarai air mata ketika mengucapkan sumpah dan janji kepada Allah dan rakyat," ujar Ibnu Hamat.
Pengamat politik Akhmad Khoirul Umam juga menyatan prihatin dengan tingkah laku anggota dewan yang baru. " Meski tidak semua kalangan artis atau selebritis yang menjadi anggota DPR, masih terlihat demam panggung. Masih perlu diajari, di panggung hiburan dengan di Gedung DPR itu berbeda, ada tata tertib yang harus dijalankan oleh setiap anggota dewan," kata pengamat politik dari Universitas Paramadina tersebut.
Ia berharap anggota dewan yang baru bisa menempatkan diri sebagai wakil rakyat yang harus diperjuangkan nasibnya, meski ia lahir dari kalangan artis. Dari 580 anggota DPR terdapat 23 dengan latar belakang artis. Antara lain pentolan Dewa19 Ahmad Dani, Nafa Urbah, Arzzeti, Desy Ratnasari, Komeng dan Uya Kuya.
Anggota DPRI berlatar belakang artis, Nafa Urbah, tidak sependat DPR dianggap taman kanak. Ia menilai wajar kalau ada teman anggota yang euforia. Karena untuk menjadi anggota DPR cukup berat, menguras tenaga pikiran dan lain-lain kata anggota DPR dari fraksi Nasdem.
Sementara Anggota DPR dari fraksi Gerindra, Ahmad Dani menegaskan, kalau sudah berani teken menjadi anggota DPR harus siap segala-galanya. Termasuk dipisui rakyat kalau kerjanya tidak benar. "Silakan diteriaki kalau ada wakil rakyat yang bermarkas di Gedung MPR, DPR dan DPD bekerja tidak becus dan ingkar janji," ujar pentolan Dewa19. Dani terpilih menjadi anggota DPR bersama istrinya Mulan Jamilah melalui partai yang sama, Gerindra.
Ihwal Sindiran Gus Dur
Presiden ke -4 RI KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pernah melontarkan kritik kepada anggota DPR yang dikatakan mirip murid taman kanak-kanak yang selalu gaduh, tidak pernah diam. Meski ucapan Gus Dur di awal pemerintahannya itu mendapat reaksi cukup keras dianggap lebay oleh kalangan anggota legislatif. Pada perkembangannya berbalik, banyak yang memuji, bahwa pernyataan Gus Dur itu benar adanya.
Anggota berebut intrupsi dengan berteriak sambil menyebut nama anggota, membuat pimpinan sidang bingung mana yang harus didahulukan, karena mic di meja anggota banyak yang menyala. "Interupsi pimpinan!....Pimpinan interupsi...Pimpinan...Pimpinan, saya di sebelah kiri jangan melihat kanan pimpinan,"suara anggota bersaut sautan.
Merasa kurang diperhatikan beberapa anggota mendatangi meja pimpinan sidang sampai ada meja yang ambruk. Karena situasi kurang kondusif, sidang disekores sementara.
Dari kejadian ini kemudian Gus Dur mengkritik DPR seperti taman kanak-kanak. Pernyataan Gus Dur yang disampaikan di depan wartawan yang meliput pelantikan Gus Dur sebagai presiden ke-4 RI menggantikan presiden ke-3 RI BJ Habibie. Dan Megawati Soekarno Putri sebagai Wapres yang mendampingi.
Kegaduhan itu dipicu oleh anggota DPR yang tidak setuju Gus Dur menjadi Presiden, seharusnya yang menjacdi Presiden adalah ketua umum PDI Perjuangan Megawati, karena partainya memperoleh kursi terbanyak di DPR, tetapi sejarah menentukan, Gus Dur presidennya. Sejak itu Gedung DPR selalu gaduh, mencari celah untuk menjatuhkan Gus Dur.