Etos Kerja Tinggi, Ini Karakter Kader Muhammadiyah
Umat Islam Indonesia memerlukan kader dan tokoh-tokoh yang Islamic Studies-nya kuat seperti Din Syamsuddin. Tetapi juga memiliki scientist yang kuat seperti Prof Habibie.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengungkapkan hal itu, dalam acara Silaturrahim bersama Ketua Umum PP Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah bertempat di Boarding School Dea Malela Sumbawa Pondok Pesantren di bawah asuhan Ketua PP Muhammadiyah 2005-2015 Din Syamsuddin, Selasa 30 April 2019.
Kader-kader itu nantinya harus memiliki etos kerja yang tinggi. “Etos yang dibangun dengan local dan global itu mencerminkan juga perjalanan Prof Din dimana dari Sumbawa menaklukan dunia dan memajukan dunia,” kata Haedar.
“Itu karena apa, karena janji Allah dalam surat Al Mujadilah – 11, ayat ini sudah banyak pembuktian maka pesan kami manfaatkan selama 6 tahun selama di Dea Malela ini untuk betul-betul menjadi generasi ulul albab yang terbang sampai ke semesta peradaban. Kami yakin anak-anakku sekalian akan menjadi kader-kader terbaik Muhammadiyah yang membawa misi Islam berkemajuan,” imbuhnya.
“Kami percaya bahwa dengan planning strategis yang begitu rupa dari boarding school ini, akan menjadi apa yang dicita-citakan oleh Pak Din sebagai center of excellent karena itu ini juga penting bagi teman-teman Muhammadiyah di wilayah, daerah untuk ikut merasa memiliki dan mengembangkan ...."
Haedar mengatakan, para Santri juga harus memiliki spirit yang tinggi untuk belajar dan spirit perjuangan cinta umat, cinta bangsa, dan cinta semesta dari Dea Malela.
Haedar juga mengapresiasi pembaca qiroatul Qur'an yang mebaca disertai tafsir. Menurutnya, hal tersebut menunjukkan kekhasan Kiai Dahlan ketika dulu mengajar muridnya.
“Jadi ini juga khas KH Ahmad Dahlan ketika mengajarkan al-Maun selama tiga bulan yang tadi ditafsirkan dalam berbagai bahasa kemudian Al-Ashr itu selama enam bulan. Al-Ashr juga perlu diperdalam bisa di Dea Malela juga di At-tanwir karena dalam surat itu juga ada dimensi kemoderenan, hidup dalam suasana yang selalu kedunia dan itulah Islam sebagai agama peradaban,” jelas Haedar.
“Selain seperti itu KH Ahmad Dahlan selalu mengajarkan dimulai dari apasih makna ayat ini? apa maksud ayat ini? lalu ayat ini sudah kalian amalkan atau belum? dan bagaimana kalian mengamalkan ayat ini? dan apa manfaat dari ayat ini?,” jelasnya lagi.
Haedar mengatakan, dirinya percaya Dea Malela ini akan melahirkan generasi Islam berkemajuan yang memancarkan Islam sebagai agama semesta.
“Kami percaya bahwa dengan planning strategis yang begitu rupa dari boarding school ini, akan menjadi apa yang dicita-citakan oleh Pak Din sebagai center of excellent karena itu ini juga penting bagi teman-teman Muhammadiyah di wilayah, daerah untuk ikut merasa memiliki dan mengembangkan karena Pak Din juga tidak bisa sehari-hari disini kecuali kalau suatu saat Pak Din ingin kembali ke Dea Malela. Inilah mimpi besar Pak Din untuk mewujudkan generasi Islam yang berwawasan luas,” ungkap Haedar.
Haedar juga berpesan kepada Guru dan Pembimbing agar jangan pernah lelah karena spirit Muhammadiyah itu mengajarkan kita untuk selalu punya karakter Shaleh. Karakter shalehnya Muhammadiyah itulah yang ada untuk menjadi syuhada.
“Kita diajarkan oleh Muhammadiyah untuk memiliki jiwa mandiri untuk selalu apa yang kita miliki dan raih itu lahir dari inner dynamic kita, guru, pembimbing dan siapapun hanya fasilitator. Kami diajari di Muhammadiyah ini seluas-luasnya meraih ilmu dan mengasah kecerdasan,” ucap Haedar.
Muhammadiyah bisa sampai kesini karena etos kerja yang tinggi juga karena kader yang memiliki solidaritas kolektif dan peran sosial keummatan.
“Kader Muhammadiyah diajari untuk selalu memiliki solidaritas kolektif dan peran sosial keummatan kebangsaan dan kemanusiaan universal sebagaimana dalam surat Al Hujarat 13 dan surat ali Imron 104. Dan semuanya tergantung pada yang hadir disini,” tutup Haedar. (adi)