Etos Kerja Oknum Polisi di Jakarta, Begini...
Setelah dirampok, Meta Kumala (32) lapor ke Polsek Pulogadung, Jakarta Timur. Berharap perampoknya dikejar. Ee... dia malah diomeli Aipda Rudi Pandjaitan, lalu disuruh pulang. Akhirnya ini viral di medsos.
Setelah insiden itu meluas ke publik, Polda Metro Jaya turun tangan.
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes E Zulpan kepada pers, Senin (13/12/21) mengatakan: "Kapolres Jakarta Timur sudah melaporkan itu ke Kapolda Metro Jaya. Sudah diusut."
Aipda Rudi Pandjaitan langsung diperiksa Divisi Propam Polda Metro Jaya, usai insiden tersebut viral di media sosial. Hasilnya:
Zulpan: "Kan semula jabatannya Unit Serse Polsek Pulogadung. Kini ia dipindahkan ke Polres Metro Jakarta Timur, nonjob. Ia jadi Basium atau Bintara Seksi Umum. Itu dalam rangka pembinaan."
Dilanjut: "Polda Metro Jaya memastikan, akan menindak disiplin oknum-oknum polisi yang mencoreng nama kepolisian di masyarakat."
Konstruksi kejadian. Meta Kumala kepada pers, Minggu (12/12/21) mengisahkan, pada Selasa (7/12/21) sepulang kerja pukul 20.30 ia mengambil uang di mesin ATM. Di minimarket Jalan Sunan Sedayu, Pulogadung, Jakarta Timur.
Dia cukup lama di situ. "Sekitar 40 menit di dalam minimarket, termasuk mengambil uang di ATM."
Lalu keluar ke parkiran, masuk ke mobil, dia nyetir sendiri. Setelah membayar parkir, ada pemuda (bukan jukir) mengetuk spion mobil Meta. Pemuda berkata sesuatu. Tapi, Meta tidak membuka kaca, tidak menghiraukan. "Jadi, saya gak dengar dia ngomong apa."
Meta lanjut nyetir, meninggalkan halaman minimarket. Belum lama mobil melaju, dia dipepet motor. Sangat mepet. Sampai pemotor bisa mengetuk kaca. Tapi, pemotor ini bukan pemuda yang mengetuk spion, tadi.
Kali ini Meta membuka kaca, mobil tetap melaju. "Orang itu bilang, sambil menujuk ke belakang mobil saya: Itu... bahayain orang."
Meta waspada bahaya. Mobil terus melaju. Pemuda pemotor mengikuti, juga tetap berkata hal yang sama. Lama-lama Meta penasaran. Dia mencari tempat yang berlampu terang. Lalu menepi, berhenti.
Meta turun. Jalan, menuju belakang mobil.
Pada saat bersamaan, sangat cepat, ada motor lain. Menyelip ke sisi kiri mobil. Kilat, pemotor itu membuka pintu depan mobil, menyambar tas di jok depan.
Meta melihat itu. Berteriak. Motor tancap gas. Meta masuk ke mobil, berusaha mengejar maling. Tapi, motor lebih lincah lari. Meta kehilangan jejak.
Kejadian itu terekam CCTV. Meta berhasil mendapatkan rekaman CCTV. Lalu diunggah ke medsos, viral.
Di unggahan medsos itu, Meta menceritakan pula soal laporan dia ke polisi di Polsek Pulogadung. Laporan polisi, seketika malam itu juga. Begini:
"Saya nyebut. Di dalam tas isi lima ATM, satu kartu kredit, KTP, SIM. Uang Rp 7 juta."
Dilanjut: "Ee... pak polisi bilang: Ngapain sih, ibu punya ATM banyak-banyak? Kalau gini kan jadi repot kita. Percuma. Kalau dicari pelakunya, percuma. Memang ibu enggak tahu, admin banyak ATM itu mahal?."
Meta mengaku kaget dengan respon polisi. Juga jengkel. Tapi, ia menuruti saja petunjuk polisi, mengisi formulir laporan. Selesai.
Meta: "Setelah itu, udah. Pak polisi diem aja. Tidak ada tindak lanjut, prosedurnya apa, setelah saya dirampok, gitu."
Ternyata polisi menyuruh Meta pulang. "Sudah... ibu pulang aja. Tenangin diri," ujar Meta.
Dilanjut: "Dalam hati saya, pak... kalau ini gampang, mah anak SD saya minta tolong bantu nyari penjahatnya. Saya enggak habis pikir. Saya kecewa banget. Kasus nggak ditanganin, malah saya diomelin."
Semua itu diunggah Meta di medsos. Warganet heboh. Polda Metro Jaya bertindak.
Stop. Tidak ada kejahatan di proses laporan ini. Tidak ada pelanggaran hukum. Cuma soal etos kerja.
Etos kerja orang Indonesia, di pekerjaan apa pun, punya stereotipe khas. Ada sisi negatif, juga positif. Di laporan Meta itu, kebetulan negatif. Untuk bercermin, perlu diketahui etos kerja orang Indonesia di mata orang asing.
Dikutip dari FactsofIndonesia, web penyedia info budaya Indonesia terhadap investor asing, disebutkan 15 stereotipe etos kerja Indonesia. Sisi positif dan negatif.
1. Memanggil Atasan. Di tempat kerja mana pun di Indonesia, sangat penting, orang tidak bisa seenaknya memanggil orang lain dengan nama depan. Melainkan harus 'bapak' atau 'tuan'. Atau 'ibu'.
2. Membuat Pemimpin Bahagia. Pekerja Indonesia selalu ingin membuat pemimpin mereka, atau klien, bahagia, dengan melakukan apa pun yang mereka inginkan. Walaupun sesungguhnya bisa jadi sebaliknya.
3. Menghindari Konflik. Pekerja berusaha semaksimal mungkin menghindari segala bentuk konflik. Baik terhadap rekan kerja. Apalagi terhadap klien. Mereka lebih suka menasihati.
4. Kolega Menjadi Teman. Tidak seperti di negara lain, di mana ada garis tegas antara rekan kerja dan teman, Indonesia mengaburkan garis ini. Kolega adalah teman.
5. Kritik Pribadi. Menjaga kritik secara pribadi. Artinya, jika Anda mengkritik pekerja Indonesia, jangan di depan umum, seperti halnya di negara Barat. Kritiklah ketika hanya berdua.
6. Menyapa Yang Paling Senior Pertama. Ini tanda hormat. Tapi berdasar hierarki. Yang paling senior duluan.
7. Menghindari Kebisingan Keras. Disarankan bagi pekerja untuk menurunkan volume suara mereka saat berbicara satu sama lain.
8. Memberi Jabat Tangan. Berjabat tangan adalah aspek penting ketika bertemu seseorang untuk pertama kalinya di dalam tempat kerja.
9. Meminta Izin Saat Meminjam Barang. Beberapa pekerja akan mengizinkan Anda untuk meminjam barang-barang mereka selama Anda meminta izin terlebih dahulu.
10. Pakaian Kerja. Kecuali perusahaan punya seragam, para pekerja mengenakan pakaian yang konservatif.
11. Memasuki Kamar Sesuai Jabatan. Ketika ada beberapa orang akan masuk ruangan yang sama, ada aturan tidak tertulis bahwa yang tertua atau yang memiliki jabatan tertinggi, harus masuk terlebih dahulu.
12. Komunikasi Tidak Langsung. Budaya kerja khusus ini, terkait dengan budaya di mana orang Indonesia lebih suka menghindari konflik. Mereka memberi kode tertentu, yang sulit kita (orang asing) tangkap maksudnya.
13. Bekerja Mendekati Batas Waktu. Orang Indonesia paling suka menunda pekerjaan. Tapi, begitu mendekati batas waktu, mereka bekerja ngebut. Sangat unik (bagi orang Barat).
14. Menunjukkan Rasa Syukur. Dalam kondisi apa pun mereka selalu bersyukur. Termasuk saat sulit. Bahkan, saat gagal melaksanakan tugas. 'Kan unik?
15. Tamasya Karyawan. Di negara lain ini juga ada. Tapi di perusahaan Indonesia hal ini semacam wajib. Bersama keluarga karyawan. Minimal setahun sekali. Bahasa Jawanya 'srawung'.
Aipda Rudi di Polsek Pulogadung yang dilapori Meta, sesuai dengan stereotipe tersebut. Yakni di nomor dua. Asal Bapak atau Ibu senang. Meta disuruh pulang, agar menenangkan diri.
Rudi juga cocok dengan nomor tiga. Menghindari konflik, lebih suka menasihati: "Ngapain Ibu Meta punya banyak-banyak ATM. Adminnya mahal, tau..."
Yang, justru menjengkelkan Meta.
Rudi juga cocok dengan nomor 12. Komunikasi tidak langsung. Ini yang paling sulit dimengerti. Bukan hanya bagi orang asing, juga bagi kita sendiri.
Maksudnya, pekerjaan mengejar pejahat itu tidak gampang. Tidak bisa, Meta menunggu sambil duduk di kantor polisi untuk melihat, apa saja yang dilakukan polisi. "Mending, Ibu istirahat di rumah saja. Kami akan kejar penjahatnya."
Cuma, Meta kepo. Gak sabaran. Dia ingin tahu, polisi melakukan apa saja? Bahkan, dia ingin (kalau bisa) malam itu juga penjahatnya ditangkap.
Advertisement