Estafet Kepemimpinan Nasional, dari Jokowi ke Prabowo
Estafet Kepemimpinan Nasional, dari Presiden Jokowi ke Presiden Prabowo. Titik temu antara Presiden Prabowo Subianto dengan mantan Presiden Joko Widodo tentang masa depan ibukota negara tersebut
Berbagai media nasional pada Sabtu 12 Oktober 2024 memberitakan peresmian Istana Negara oleh Presiden Joko Widodo yang “digambarkannya sebagai tonggak” yang mewakili masa depan Indonesia. Sedangkan Istana Garuda yang juga berada dalam satu komplek Ibu Kota Nusantara (IKN), konon akan diresmikan oleh Presiden Prabowo Subianto segera setelah dilantik sebagai Presiden Indonesia 2024 - 2029. Hal itu tampaknya dimaksudkan sebagai tradisi politik positif yang merefleksikan keberlanjutan kebijakan dari presiden pendahulu ke pundak presiden berikutnya.
Disamping itu, berbagai media nasional juga memberitakan berita ekonomi yang bernuansa positip bagi masa depan bangsa.
Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) pada 10 Oktober 2024 memperkirakan volume perdagangan barang global pada 2024 akan tumbuh 2, 7 % per tahun. Proyeksi itu naik tipis dari perkiraan pada April 2024 sebesar 2,6 persen. Pada tahun 2025, WTO memperkirakan volume perdagangan dunia tumbuh 3 persen.
WTO juga menggarisbawahi bahwa Kawasan Asia akan tampil menjadi pengungkit perdagangan dunia. Volume ekspor kawasan Asia akan tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan kawasan lain yakni naik 7,4 % pada 2024. RRC, Korea Selatan, Singapura, mempunyai peranan penting atas kenaikan eksport tersebut.
Tentu saja berita tentang perkembangan ekonomi positif di kawasan Asia tersebut merupakan peluang bagi pemerintah baru Indonesia di bawah pimpinan Presiden Prabowo Subianto. Coba kita bandingkan dengan kondisi ekonomi Asia dan Indonesia yang mengalami kontraksi atau penurunan sejak 2019 sebagai akibat dari pendemi Covid-19.
Titik temu antara Presiden Prabowo Subianto dengan mantan Presiden Joko Widodo tentang masa depan ibukota negara tersebut, tampaknya sebagai upaya untuk menepis keraguan publik tentang duet Presiden Prabowo Subianto dengan Wapres Gibran Rakabuming Raka, seperti sering kita dengar selama ini.
Sementara banyak kalangan ekonom Indonesia memberikan perkiraan negatip terkait dengan terbatasnya APBN kita. Di pihak lain, para ahli politik juga mempunyai perkiraan yang cenderung pesimis, terutama di bidang demokrasi yang indeksnya kini terus merosot.
Oleh karena itu, Presiden Prabowo dituntut untuk memberikan dan membangun ruang optimisme bagi bangsa ini, sehingga legitimasi dan dukungan masyarakat menjadi lebih kuat. Dengan demikian, bangsa ini akan dapat menyongsong masa depannya dengan optimisme yang bergairah.
Ada pandangan dari masyarakat, prediksi para ekonom akan adanya trend ke arah pertumbuhan negatif perlu direspon secara serius oleh pemerintah yang baru. Jika pada awal pemerintahan kemampuan strategis itu tidak nampak, pesimisme publik akan meningkat, yang dapat berdampak pada gairah investasi pada sektor sektor riil.
Wallahu a'lam.
DR KH As'ad Said Ali
Pengamat sosial politi, Mustasyar PBNU periode 2022-2027, tinggal di Jakarta.
Advertisement