Erros Djarot: Bahaya, Membenturkan Pancasila dengan Khilafah
Dalam Pilpres nanti posisi Anda di mana?
Saya berada di tengah. Walaupun banyak yang tahu kecenderungan saya berada di salah satu partai nasionalis yang besar, tetapi dalam pilpres nanti saya memilih berada di tengah.
Dari posisi di tengah, apakah Anda melihat pertentangan antara Pancasila dan Khilafah, sebagaimana yang dinyatakan Luhut Panjaitan dan Hendropriyono?
Saya sedih, kok ada yang memperuncing ke arah sana, yang membenturkan Pancasila dengan Khilafah? Saya sekarang justru bertanya, apakah membenturkan Pancasila dengan Khilafah itu adalah satu hal yang diinginkan Pak Jokowi? Saya kok tidak yakin.
Maksudnya?
Saya sangat sedih, kok ada orang yang menyatakan hal itu, memperhadapkan seolah-olah ada kelompok pendukung Pancasila dan kelompok Khilafah. Ini kan kita jadi terjebak pada permainan-permainan yang sebetulnya di luar konteks Pilpres itu sendiri.
Kita ini menginginkan Pilpres yang damai tanpa ketegangan. Tetapi kalau sudah ada pernyataan-pernyataan seperti itu, yang memperhadapkan Pancila dengan khilafah, itu dampaknya kan justru memancing ketegangan.
Kecuali kalau misalnya Pak Luhut dan Pak Hendro menyatakan, siapapun atau kelompok manapun yang ingin menggantikan idiologi Pancasila berhadapan dengan kami. Nah kalau itu yang dikatakan, saya adalah orang yang berada di barisan paling depan.
Kalau pernyataan itu direduksi lagi, dipelintir lagi, bisa jadi kaum nasionalis berhadap-hadapan dengan kaum Islam. Lho, ini kan akan makin kacau semua itu.
Apa bisa ke arah sana?
Ya bisa saja. Ini kan politik. Dalam politik jangan pakai bahasa-bahasa militerlah. Ini ruang politik. Hati-hati, di dalam ruang politik segala sesuatu bisa diputar-balik.
Saat kondisi sedang panas seperti sekarang ini, yang kita harus lakukan adalah menciptakan bagaimana suasana jadi kondusif, ada kedamaian. Boleh pilih 01 atau 02, silahkan mau pilih yang mana, tetapi setelah itu ayo kita guyup lagi.
Jadi jangan malah diarahkan ini adalah pertentangan antara Pancasila dengan Khilafah. Ada dua kelompok yang mau dibenturkan, dan semuanya adalah anak bangsa. Masak kita mau ulangi lagi mempertentangkan antara Pancasila dengan anti Pancasila, antara Pancasila dengan PKI, dan sekarang antara Panacasila dengan Khilafah. Kan sama saja?
Menurut Anda, apakah memang masih ada yang anti Pancasila?
Untuk itu justru sekarang saya bertanya, apakah partai-partai peserta Pemilu itu ada yang tidak setuju Pancasila? PKS, Demokrat dan Gerindra itu apakah tidak setuju Pancasila? Kalau partai-partai itu tidak setuju Pancasila ya sudah dibubarkan sejak awal. Apakah Prabowo juga anti Pancasila? Silahkan jawab pertanyaan-pertanyaan saya ini kalau mau membenturkan Pancasila dengan Khilafah.
Apakah ini pembelaan?
Apa yang saya katakan ini sama sekali bukan pembelaan, karena saya tidak ada urusan dengan 01 dan 02. Angka-angka itu tidak ada urusannya dengan saya. Yang ingin saya tegaskan dan tegakkan, ini urusan Merah Putih. Ini urusan 17 Agustus 1945.
Kalau teman-teman di TNI mengatakan semua prajurit berjiwa Sapta Marga, harusnya hal-hal seperti ini secara sensitif dipahami. Sapta Marga jangan dipolitisir. Sapta Marga itu ada di jiwa dan pikiran seluruh prajurit TNI. Bukan pada pernyataan-pernyataan politik. Kalau ada yang membuat statement seperti itu akibatnya bisa berbahaya. Mereka itu kan cuma pendompleng. (nis)