Erros Djarot: Ahmad Dhani Dihukum dengan Memberinya Panggung
Erros Djarot adalah budayawan sekaligus politikus. Dia menjawab pertanyaan mengenai penahanan musikus Ahmad Dhani. Wawancara dilakukan Kamis 28 Ferbuari di Surabaya.
Ahmad Dhani adalah musikus seperti Anda, sekarang masuk ke dunia politik. Pendapat Anda?
Siapapun mau masuk ke dunia politik boleh-boleh saja. Bagaimana orang masuk dunia politik itu ada beberapa pintu masuk. Pertama, karena dia memang dari muda sudah berada di lingkungan itu. Saat menjelang dewasa, dia sudah mempelajari beberapa aliran pemikiran.
Kemudian dia bergabung dengan organisasi kepemudaan apakah itu PMII, HMI, GMNI atau OKP yang lain. Itu pintu masuk melalui jalur yang mempunyai garis pijakan ideologi.
Masih ada pintu lainnya. Contohnya pada saat reformasi 1998, saat itu ada pintu terbuka lebar yaitu pintu kepentingan. Sekarang pintu itu juga masih terbuka. Jadi dia masuk politik dari pintu itu, hanya berdasarkan kepentingan. Kepentingan apa, ya terserah. Apakah dia melihat, kalau saya masuk di wilayah politik ini, saya bisa jadi anggota DPR-RI dan seterusnya? Atau dia masuk agar bisa mengembangkan bisnisnya. Atau dia masuk untuk mendapatkan keuntungan.
Ahmad Dhani?
Ahmad Dhani dengan modal popularitas, masuk ke wilayah itu. Tanpa melalui proses, meskipun dia pernah dekat dengan Gus Dur. Saya melihat politik sekarang memang mengabaikan semua proses itu. Pintu terbuka lebar, dan sistem politik kita membolehkan seseorang masuk ke dalamnya dengan langsung mendaftar sebagai caleg. Kemenangan yang dia peroleh hanya akan ditunjukkan dengan memperoleh banyak suara saja. Kualitas dikalahkan oleh popularitas. Kursi di legislatif ditentukan oleh suara yang diperoleh, bukan oleh kualitas orang tersebut.
Para ketua umum parpol mempertaruhkan kepentingan negara, dengan tidak memperhitungkan kualitas calegnya yang dikirim ke legislatif, kecuali hanya pada popularitas. Banyak artis yang direkrut karena pertimbangan popularitas, bukan kualitas. Itu kan sama saja dengan mengorbankan kepentingan negara? Itulah fakta yang ada di kita.
Kembali ke soal Dhani?
Dhani adalah campuran dari hal itu. Dia bergaul cukup lumayan dengan teman-teman di PKB dan NU. Jadi memang prinsip-prinsip dasar berorganisasi atau kepartaian itu dia cukup, pergaulannya lumayan. Demikian juga popularitasnya.
Kalau saya lihat dari potongan rambutnya dan cara dia berpakaian, serta cara dia mengelola kehidupannya yang macam-macam itu, dia itu selalu bombastis dan spektakuler. Jadi yang namanya sensasi itu menjadi bagian dari hidup dia.
Nah dengan persoalan hukum yang sekarang sedang dihadapi, saya menganggapnya sebagai konsekwensi dia ketika dia masuk ke wilayah politik. Dia masuk permainan di wilayah hukum. Padahal politik juga yang memproduksi hukum.
Di panggung musik, dia mau ngomong apa saja bisa dimaklumi karena memang di sana kalau dia salah ngomong hanya ada sanksi moral dan sosial. Beda di panggung politik. Karena dia tidak bisa menjaga ucapan-ucapannya sebagai politisi, maka ada konsekwensinya. Dia harus tahu itu. Kalau dia mau main selancar itu pelajari dulu ombaknya itu bagaimana. Ombak yang 1 meter bagaimana, yang 2 meter bagaimana. Lantas waktu berselancar bagaimana bergulungnya, dia harus pelajari itu.
Bagaimana dengan penahanannya?
Saya juga nggak tahu apa ada kepentingan politik menjelang pemilu. Menurut saya designernya kok seperti itu ya, malah memberi panggung kepada Dhani sehingga sepertinya rakyat Indonesia saat ini sedang nonton film India melodrama. Dhani dimasukkan, mengundang simpati dari banyak penonton. Kalau ini adalah strategi untuk pemilu, maaf, siapa sih designernya?
Kesalahan kayak gitu aja langsung ditahan, seolah-olah itu penjahat besar yang bisa merusak apa saja dan akan melarikan diri. Atau bisa mengancam negara lebih jauh lagi. Masih banyak koruptor yang lebih layak ditahan dari Dhani, sebenarnya.
Penahanan dan mengadili Dhani malah bisa menguntungkan dirinya, sementara citra pemerintah justru dirugikan. Menghukum Dhani itu cukup dengan mengatakan dia badut, maka buat dia akan lebih terasa sakit. Tetapi yang terjadi sekarang justru menghukum dengan menyediakan panggung buat dia. (nis)
Advertisement