Eriksen Kolaps, Jadwal Padat Sepakbola Eropa Dievaluasi
Pertandingan Euro 2020 antara Denmark melawan Finlandia, Sabtu 12 Juni 2021 terjadi insiden mengerikan. Hal itu menyusul insiden kolapsnya gelandang serang Denmark, Christian Eriksen di menit ke-43. Beruntung, meski sempat kejang dan tak sadarkan diri, gelandang Inter Milan itu akhirnya terjaga. Kabarnya, Eriksen terkena Cardiac arrhythmia atau gangguan detak jantung.
Kasus yang menimpa Eriksen menjadi evaluasi UEFA sebagai otoritas tertinggi sepakbola Eropa terkait jadwal yang padat. Baik itu di Timnas pun di klub. Sebab, untuk klub papan atas, mereka memiliki jadwal yang padat. Di liga lokal minimal ada dua kompetisi, disambung kompetisi Liga Champions/Europa League, lalu di timnas ada kualifikasi Piala Eropa, kualifikasi Piala Dunia, hingga kompetisi terbaru, Nations League.
Eks kiper Chelsea, Asmir Begovis mengecam UEFA karena hal tersebut. Ia merasa kasihan dengan nasib para pemain yang terus dijadikan 'sapi perah' oleh UEFA sebagai ladang bisnis sepakbola modern. Begovic pun menggunakan momen ini untuk mengutarakan kekesalannya.
"Kesehatan dan kesejahteraan para pemain telah lama diabaikan. Memperbanyak pertandingan dan membuatnya lebih padat hanya akan menyebabkan lebih banyak masalah kesehatan bagi pemain. Kami berharap bahwa orang-orang yang berkuasa akan menyadari hal ini cepat atau lambat,” cuitnya lewat akun Twitternya.
Kiper Bournemouth itu mengatakan jika pemain juga manusia. Butuh istirahat. Baik fisik maupun mental. Namun dalam satu tahun terakhir, UEFA tak memperhatikan itu. Para pemain Eropa memainkan banyak pertandingan tanpa membuat liburan yang cukup seperti musim-musim sebelumnya.
“Jadwal dan tekanan para pemain sangat signifikan dan dari Januari 2020 hingga Juni 2021. Pertandingannya sangat padat,” katanya.