Eriksen, Dari Implan Defibrillator Hingga The Best Player MU
Tujuh bulan lamanya Eriksen berjuang untuk pulih setelah tragedi Euro 2020 lalu, di mana dia terkena serangan jantung yang hampir merenggut nyawanya.
Namun, dukungan penuh dari insan sepakbola di seluruh penjuru dunia seakan menjadi obat penawar bagi Eriksen bahwa dirinya belum habis dan tak boleh berhenti di titik itu.
Untuk bangkit kembali, bukan pekerjaan mudah bagi Eriksen. Dengan menggunakan alat bantu jantung, implan defibrillator, Eriksen coba menata ulang karier sepak bolanya.
Sayangnya, regulasi Serie A Italia tidak menghendaki pemain dengan alat bantu seperti itu. Tak pelak, bintang Denmark itu harus menerima pemutusan kontrak oleh Inter Milan pada Desember tahun lalu.
Tak banyak klub melirik mantan pemain kunci Tottenham Hotspur itu. Secara teori, menampung pemain dengan perlakuan khusus seperti Eriksen jelas memiliki risiko tersendiri. Biasanya, pemain dengan permasalahan jantung akan dipaksa untuk pensiun dini.
Namun, tidak demikian dengan Eriksen. Kerja keras dia untuk bisa kembali merumput di kancah profesional menuai hasil, dengan dirinya sukses meyakinkan Brentford untuk mengontraknya meski dalam periode singkat, Januari lalu.
Eriksen diikat masa kerja enam bulan. Perlahan tapi pasti, pemain 30 tahun itu menemukan kembali penampilan terbaiknya. Total, dia mengukir 11 laga dan mencetak satu gol. Namun perlu dicatat, dari periode debut Eriksen di Brentford hingga akhir musim, hanya Kevin De Bruyne dan Martin Odegaard yang mampu menciptakan peluang lebih banyak di Liga Primer.
Jelas, Eriksen masih punya sesuatu berharga yang bisa diberikan ke tim dan manajer Man United Erik ten Hag membaca betul potensi itu. Makanya, sang juru taktik berani menyodorkan kontrak tiga tahun untuknya pada Juli lalu.
Di bawah kendali ten Hag, Eriksen berubah 180 drajat. Fans seakan dibuat lupa bahwa dia adalah pemain dengan implan defibrillator.
Memang, ada saja kerisihan terhadap kondisi fisik Eriksen dengan penyakit jantung yang melekat pada dirinya ketika dia berada di lapangan.
Tapi faktanya, dia sekarang menjadi jantung permainan Man United. Berlari tak kenal lelah, agresif saat melakukan pressing, menggerakkan bola hampir di setiap lini lapangan.
Betapa tidak, sejak melakoni debut untuk Setan Merah di laga pembuka kontra Brighton and Hove Albion, Eriksen menunjukkan peran vitalnya di rezim ten Hag, dengan dirinya tak tergantikan dari starting line-up di lima pertandingan berikutnya.
Eriksen bermain 90 menit penuh di empat dari enam pertandingan sejauh ini, termasuk saat terlibat menundukkan Arsenal. Dua sisanya, digantikan. Meski begitu, dia pun ditarik keluar lapangan saat laga sudah menginjak menit 85 ke atas.
Christian Eriksen’s heart stopped. He was lucky to be alive, let alone play football again within seven months. Now, little more than a year later, he’s bossing games for the biggest club in England. What a man. 👏 #mufc pic.twitter.com/CIDChmLurq
— Dominic Booth (@DomBooth19) September 4, 2022
Di laga tadi malam, Eriksen mendemonstrasikan penampilan bintang lima. Squawka mencatat, Eriksen jadi yang paling sering melakukan sentuhan yakni 56 kali dibanding seluruh pemain yang berada di lapangan.
Eriksen juga jadi pemain yang paling banyak melakukan passing di final third Arsenal, yakni 16 kali. Bukan hanya itu, dia juga jadi pemain yang paling sering melakukan passing menuju kotak penalti Arsenal 4 kali serta penciptaan peluang 3 kali.
Dan, puncaknya, Eriksen mencatatkan assist pertama untuk The Red Devils. Bagaimana dia berlari kencang dari tengah lapangan tanpa capek menyambut umpan terobosan, lalu di depan gawang tanpa egois memilih untuk menyervis Marcus Rashford untuk membuat si striker mengemas brace malam itu. Sungguh pemandangan berkelas dari pemain berkelas.
Di akhir laga, sang playmaker pun diganjar man of the match. "Benar-benar sensasional, benar-benar luar biasa," seru Robbie Mustoe, analis NCB, setelah menyaksikan performa sempurna Eriksen di laga Arsenal.
"Dia membuat tim ini keseluruhan jadi terlihat berbeda. Eriksen jadi pembeda di lini tengah. Kemampuannya untuk mengoper bola ke depan, kemampuan berkolaborasi dengan Bruno Fernandes. Mereka ada di gelombang yang sama. Permainan jadi berubah," jelasnya.
"Kualitas Christian Eriksen, terutama di lini tengah mengingat statusnya sebagai pemain gratisan. Kita akan berbicara mengenai gol Antony dan uang 100 juta dollar. Akan tetapi, koneksi antara Eriksen dan Bruno adalah sesuatu yang baru, berbeda dan membuat Man United jadi jauh lebih baik," timpal rekan komentator Mustoe, Robbie Earle.
Melihat tren positif Eriksen dengan Man United sejauh ini dan mempertimbangkan aspek kebugarannya yang terbilang oke, bukan hal mustahil fans bisa melihat Eriksen bermain hingga 30 pertandingan lebih musim ini karena dia telah menjadi poros permainan dalam skema ten Hag.
Christian Eriksen appreciation tweet 👏
— UF (@UtdFaithfuls) September 4, 2022
Ever wondered why Erik ten Hag doesn't sub him off?
If you can't see how VERY important he is to Man Utd's midfield then I have no words for you. pic.twitter.com/LLJ8dYxxK0