Epilepsi Bisa Disembuhkan, Ini Tahapan Pengobatan
Dokter spesialis bedah saraf National Hospital Surabaya, dr Heri Subianto mengatakan, masih ada beberapa masyarakat yang malu untuk berobat apabila mengalami penyakit epilepsi atau ayan.
Hal ini lantaran dalam perkembangan masih terjadi stigma negatif yang berkembang di masyarakat bahwa epilepsi merupakan aib. Padahal, epilepsi bisa sembuh dan terkontrol apabila dilakukan pengobatan.
Heri Subianto menjelaskan tahapan pengobatan untuk epilepsi yang tepat dan efektif sesuai penyebabnya.
"Pertama, pasien perlu konsultasi terlebih dulu dengan dokter. Setelah itu, pasien butuh skrining untuk mengetahui penyebab epilepsy," terangnya Sabtu, 1 April 2023.
Skrining bisa melalui MRI, EEG, dan PET Scan. Skrining dilakukan atas saran dari dokter dan melihat kondisi pasien. Sangat penting, pasien mempunyai catatan atau histori terjadinya kejang.
Sebab, catatan itu menjadi bahan evaluasi dari dokter yang menangani. "Histori yang ada akan dijadikan sebagai penentu jenis atau tipe kejang," terangnya.
Setelah ditemukan jenis atau tipe kejang, dokter akan menentukan terapi yang tepat bagi pasien. Biasanya, terapi pertama diawali dengan pemberian obat-obatan anti epilepsi.
Kemudian, kondisi pasien dievaluasi, apakah kejangnya terkontrol atau tidak. Nah, jika kejang tidak terkontrol, maka pasien direkomendasikan untuk tindakan operasi.
"Di sini (NH) tersedia layanan khusus epilepsy. Yakni, Epilepsi Center (EPIC). EPIC adalah fasilitas penanganan epilepsy secara komprehensif di Indonesia," kata dr Heri.
Fasilitas EPIC adalah MRI 3 TESLA dengan protocol khusus. Lalu, EPIC juga memiliki fasilitas long term video EEG yang jarang dimiliki oleh rumah sakit lain di Indonesia.
Fasilitas EPIC didukung oleh dokter spesialis saraf dan bedah saraf yang khusus mendalami epilepsy. Serta, tentunya, perawat yang terlatih dalam mengoperasionalkan EEG.
Gejala Umum Epilepsi.
Menurut dr Heri, secara umum gejala penderita epilepsi adalah kejang-kejang. Namun, ketika ada orang yang mengalami kejang belum tentu mengidap epilepsi.
"Karena faktor penyebab banyak. Seperti trauma benturan kepala atau tumor di kepala. Apabila kejang terjadi kepada anak, penyebab paling umum yakni mereka lahir secara prematur dan terlahir dengan kelainan otak," jelasnya.
Tetapi, penyebab utama epilepsi sendiri adalah pola aktivitas listrik tidak normal di otak.
Berdasarkan data yang dirangkum sejak tahun lalu, rumah sakit mencatat lebih kurang ribuan pasien telah mendapatkan pelayanan secara excellence di NH. Perlu diketahui, pada tahun lalu, estimasi jumlah pasien epilepsy di Indonesia sekitar 1,5 juta orang (secara nasional). Dengan prevalensi 0.5-0.6 persen dari penduduk Indonesia.
"Untuk usia pasien cenderung beragam. Mulai balita hingga usia 50 tahun ke atas," imbuhnya.
Ia pun berharap, tak ada lagi masyarakat yang malu untuk berobat, karena epilepsi bisa ditangani dengan pengobatan.