Enggan Bangun Kereta MRT-LRT, Walikota Eri: Pembangunan ART Lebih Proporsional
Pemerintah Kota Surabaya berencana akan menambah moda transportasi umum baru, yakni kereta tanpa rel Autonomus Rapid Transit (ART), yang akan rencananya akan direalisasikan pada tahun 2027 mendatang.
Walikota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan, pembangunan ART di Kota Pahlawan terlihat lebih proporsional dan tentunya tidak membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
"Ada ART, itu seperti MRT tapi pakai magnet. Ternyata itu harganya sekitar Rp500 sampai 600 miliar tiap tujuh kilometer, kami langsung mengacungkan tangan saat acara APEKSI dan langsung saya sampaikan ke Kemenhub," ungkap Eri, Sabtu 8 Juni 2024.
Eri juga menjelaskan bahwa pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) dan Light Rapid Transit (LRT) di Kota Surabaya tidak memungkinkan sama sekali karena memakan biaya pembangunannya yang sangat besar. Pembangunan MRT setiap satu kilometernya membutuhkan hingga Rp2,3 triliun.
"Maka dari itu, tidak ada kepala daerah yang mampu mengerjakan. Kalau pakai APBD Surabaya hanya mampu membangun lima kilometer dan APBD kita habis, tidak ada dana untuk mengatasi kemiskinan. Karena itulah banyak orang selalu bertanya, mengapa tidak dibangun, karena tidak mungkin," tegas Eri.
Mengenai keengganan Eri untuk membangun LRT, dirinya juga menjelaskan anggaran yang digunakan nantinya dapat mencapai Rp800 miliar tiap kilometernya. Lagi pula, lanjut Eri, APBD Kota Surabaya juga tidak sebesar APBD DKI Jakarta yang mencapai angka Rp90 triliun.
Setelah Pemkot Surabaya resmi menawarkan diri untuk membangun ART, Eri juga telah berkomunikasi langsung dengan Kementerian Perhubungan untuk dapat melakukan studi kelayakan atau Feasibility Study, yang akan dilaksanakan bertahap mulai tahun 2025, berlanjut pada tahun 2026, dan dapat beroperasi pada tahun 2027 mendatang.
"Jadi (ART) ini akan diterapkan di IKN. Insyaallah Surabaya yang kedua. Kita sudah komunikasi dengan Pak Menhub, saya pingin minta konsep beliau, nanti kita lakukan FS (Feasibility Study) di Surabaya, semoga di 2025 atau 2026 sudah jalan," katanya.
Studi kelayakan pembangunan ART tersebut, lanjut mantan Kepala Bappeko Surabaya ini, juga akan melihat integrasi dan konektivitas ART dengan moda transportasi umum lainnya yang sudah dimiliki dan beroperasi, seperti Suroboyo Bus, TransSemanggi, dan kendaraan pengumpan Wira-Wiri Suroboyo.
"Kami lihat posisi bus itu dimana, posisi ART dimana. Misalnya di satu tempat tidak bisa dilalui bus, maka ART saja. Makanya kita ada studi kelayakan tadi," pungkasnya.