Enam Dimensi Kepahlawanan, Ini Pandangan Yudi Latif
Aktivis, cendekiawan muda Yudi Latif menyatakan, sekurang-kurangnya, Mr. Kasman Singodimedjo layak mendapatkan enam gelar Pahlawan Nasional.
“Tanpa gelar pun sebetulnya beliau sudah pahlawan. Bahkan perjuangan hidupnya sendiri sudah sebagai pahlawan. Sulit untuk membayangkan di masa itu beliau yang anak rendahan telah menjadi meester in de rechten (Mr atau Sarjana Hukum). Beliau mampu menembus sekolah bergengsi HIS, MULO, STOVIA, AMS. Bagi generasi beliau tidak banyak, hanya dihitung dengan jari yang bisa lulus dalam situasi yang amat sulit. Untuk bangsanya, kepahlawanannya panjang dan lebar. Tidak ada yang seperti beliau,” kata Yudi Latif.
Alumni Australian National University tersebut menyatakan bahwa ada enam dimensi kepahlawanan yang pantas disematkan kepada Mr. Kasman, satu dimensi saja seharusnya sudah dapat membuat Mr. Kasman mendapatkan gelar Pahlawan Nasional.
“Tanpa gelar pun sebetulnya beliau sudah pahlawan. Bahkan perjuangan hidupnya sendiri sudah sebagai pahlawan. Sulit untuk membayangkan di masa itu beliau yang anak rendahan telah menjadi meester in de rechten (Mr atau Sarjana Hukum)."
Pertama menurut Yudi Latif bahwa Mr. Kasman adalah perintis lahirnya organisasi pelajar muslim di Indonesia melalui posisi pentingnya di Himpunan Pemuda Islam (Jong Islamieten Bond).
“Jong Islamieten Bond adalah ibu kandung organisasi Islam. Tanpanya maka tidak ada PII, HMI dan lain-lain. Jika pendiri HMI dinobatkan sebagai pahlawan, maka Pak Kasman seharusnya juga sudah. Jong ini merupakan pembangun jembatan terbaik antara elit dengan masa rakyat untuk lebih mudah mengomunikasikan nasionalisme. Oleh karena itu, jangan coba-coba menghadap-hadapkan antara kebangsaan dan organisasi keagamaan,” ujar Yudi, mantan Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).
Kedua, menurut Yudi bahwa Mr. Kasman adalah tokoh pendiri Tentara Nasional Indonesia. Terdaftar sebagai tentara Pembela Tanah Air (PETA), Mr. Kasman menjabat sebagai Daidanco atau Komandan Batalion wilayah Jakarta.
“Daidanco Jakartanya Pak Kasman mengamankan proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Pak Kasman juga ketua Barisan Keamanan Rakyat (BKR) yang merupakan cikal bakal dari Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Pak Kasman adalah komandan pertama, calonnya jadi TNI. Itu sudah cukup jadi Pahlawan Nasional,” ujar Yudi, yang mengungkapkannya di Pengajian Muhammadiyah di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah Jakarta, Jumat 9 November 2018.
Ketiga, Mr. Kasman merupakan tokoh pendidikan Muhammadiyah yang juga berkiprah di Jamiatul Khair di wilayah Jakarta dan Bogor. Dalam kapasitas sebagai aktivis Muhammadiyah di tahun 1940, Mr. Kasman pernah ditangkap karena memperjuangkan kemerdekaan. Berdirinya Universitas Islam Indonesia juga terdapat andil dari Mr. Kasman.
Keempat, menurut Yudi bahwa pada hari-hari genting, Mr. Kasman diangkat sebagai anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Kelima, Mr. Kasman memegang jabatan penting instrumen negara yaitu sebagai Ketua Komite Nasional Indonesia Pusat yang kemudian berubah menjadi Dewan Perwakilan Rakyat. Selain itu, Mr. Kasman juga menjabat sebagai Jaksa Agung kedua. Beliau juga menjadi pelopor berdirinya Mahkamah Militer.
Keenam, perjalanan aktivis politik dan perjalanan karir Mr. Kasman bukanlah tipe bajing loncat. Mr. Kasman mendirikan Partai Islam Indonesia, dan pengurus teras Masyumi dan dipercaya sebagai anggota Konstituante.
Peran lain dari jasa Mr. Kasman Singodimedjo yang tidak tertulis adalah dalam membantu Republik Indonesia memenangkan hak kedaulatan dari Sabang sampai Merauke pada Konferensi Meja Bundar di Den Haag 1949. Atas permintaan Bung Karno, Mr. Kasman yang merupakan sarjana hukum itu mempelajari hukum internasional guna menyiapkan data yuridis yang siap pakai bagi perwakilan Indonesia.
“Aspek kepahlawanan Pak Kasman panjang dan lebar. Oleh karena itu keterlaluan jika beliau tidak dinobatkan sebagai pahlawan nasional,” kata Yudi Latif. (adi)