Enam Bulan di Lautan, 279 Pengungsi Rohingya Terdampar di Aceh
Sedikitnya 279 pengungsi Rohingya terdampar di Aceh, pada Senin, 7 September 2020. Mereka diduga terombang-ambing di lautan selama lebih dari enam bulan.
Polisi Aceh mengatakan para pengungsi terdampat di atas perahu kayu beberapa kilometer dari tepi pantai di Lhokseumawe, sebelum mendarat di Pantai Blang pada dini hari. "Ada sekitar 279 Rohingya menurut data. 181 di antaranya perempuan dan 14 anak-anak," kata Iptu Irwansya, polisi setempat pada reporter.
Pimpinan Palang Merah di Lhokseumawe, Junaidi Yahya, mengatakan saat ini para pengungsi berada di lokasi khusus. "Kami berharap mereka bisa segera dievakuasi ke pusat hari ini, namun kesehatan mereka, terutama terkait Covid-19, jadi fokus kami," katanya.
Di antara mereka, terdapat seorang pengungsi berusia 13 tahun kini dirawat di rumah sakit, setelah dilarikan menumpang ambulans.
Sejumlah foto yang beredar menunjukkan sederet perempuan menggunakan masker membawa barang mereka di dalam tas plastik, dan sejumlah laki-laki memenuhi lantai bangunan penampungan.
Sementara, terdamparnya pengungsi ini menjadi yang kedua setalah Juni lalu, di mana seorang nelayan Aceh menyelamatkan lebih dari 100 pengungsi Rohingya, termasuk 79 perempuan dan anak, setelah otoritas Indonesia mendorong mereka kembali ke laut.
Chrise Lewa, direktur Arakan Project, kelompok nirlaba yang fokus pada krisis Rohingya, mengatakan penumpang tiba di Aceh pada Senin, setelah berlayar dari Bangladesh di akhir Maret atau awal April, menuju Malaysia.
Menurutnya, penyelundup membagi penumpang ke sejumlah kapal yang berhasil mendarat di Indonesia dan Malaysia pada Juni lalu. Diketahui, aparat di Malaysia dan Thailand mendorong mereka kembali ke lautan, akibat pengetatan perbatasan lantaran pandemi Covid-19.
Namun sejumlah pengungsi masih berada di lautan hingga Minggu malam. Penyelundup meminta agar keluarga mereka membayar uang, sepekan sebelum pengungsi didaratkan, kata Chrise Lewa. "Pengungsi tampaknya tak mau mendaratkan mereka, karena belum semua penumpang membayar. Pengungsi dijadikan sandera di atas kapal," katanya.
Diketahui, pengungsi Rohingya kabur dari asal mereka di Myanmar serta tempat pengungsian di Bangladesh. Mereka ingin menyelamatkan diri dari persekusi di Myanmar, dan mencari pengungsian yang lebih baik di wilayah Asia Tenggara lainnya. (Rtr)