Empat Renungan tentang Pesantren + Dua Optimistik
Silaturahmi ke Pondok Pesantren Hikamussalafiyah, Cipulus, Purwakarta (Jawa Barat). Ada sejumlah catatan penting yang perlu direnungkan bersama.
Empat Renungan tentang Pesantren
1. Unggul dalam tradisi penuturan “Lisan". Perlu meningkatkan tradisi penuturan “Tulisan" untuk mengabadikan peranan historis dalam pembangunan bangsa secara materiil dan spiritual.
2. Geliat pendidikan formal di Ponpes makin terlihat yang akan semakin meneguhkan peranan para santri dalam lingkup lokal dan nasional bahkan internasional.
3. Kolaborasi antarponpes merupakan suatu yang urgen , meliputi lingkup lokal, nasional dan internasional demi untuk memacu kemajuan dan sinergitas ponpes.
4. Tantangan dan ancaman saat ini dan masa mendatang terhadap warga pesantren, bukan hanya ekstremisme agama,tetapi juga tekanan dari peradaban Barat (invidualisme, sekularisme, materialisme, hedonisme, penistaan agama).
Dua Optimistik
1. Benteng Budaya, Eksistensi Kesultanan
Kesultanan dan kerajaan-kerajaan Nusantara merelakan kedaulatan masing-masing kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945.
Di alam kemerdekaan fungsinya bergeser menjadi penjaga dan pemelihara budaya sekaligus perekat persatuan dan kesatuan.
Pada era Konflik Peradaban sekarang ini peranannya menjadi semakin penting sebagai benteng budaya dalam menghadapi terpaan budaya asing yang bersifat negatif yang masuk melalui arus informasi yang tidak seimbang antara negara maju yang menguasai teknologi informasi dengan negara berkembang.
Idealnya peranan kesultanan dan kerajaan dewasa ini perlu penguatan. Bagaimana strateginya, hal itulah yang sedang mereka perbincangkan.
Jangan sampai pusat budaya atau lebih tetap "Jangkar Buaya" tersebut melemah lesu. Sebaliknya menjadi lebih digdaya sebagai benteng budaya dan peradaban nasional, sekaligus perekat persatuan nasional.
2. Selalu Optimis
(Suatu hari). Bersama kawan lama, Mr Fofo Surya Atmaja (SCTV/Indosiar), Mr Zul Naro (adik ketua PPP, Jaelani Naro) dan Mr Athiong, pengusaha Hong Kong. Dengan Mr Naro saya sering bertemu, tetapi kami jarang bertemu Mr Fofo dan Mr Athiong, keduanya pengusaha cukup sukses. Fofo tinggal di Perh, Australia Barat sejak 7 tahun yang lalu dan Mr Athiong tinggal di Jakarta dan Hongkong, bolak balik mengurus bisnisnya.
Asyik mengobrol sambil makan siang bersama dan bercanda ria. Cerita ringan tentang keluarga dan kehidupan masing-masing. Ternyata berbagi pengalaman antarteman itu penting untuk menghadirkan suasana kehidupan, kebersamaan dan sekaligus menimbulkan inspirasi dan semangat untuk hidup yang semakin berwarna dan berguna bagi keluarga dan lingkungan.
Kedua teman lama itu menanyakan resep umur panjang kami berdua ( Mr Naro sudah berumur 80 tahun dan saya 73 tahun ). Lha saya tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut karena tidak pernah belajar “ilmu panjang umur". Bukankah umur itu ketentuan dari Sang Pencipta? Saya hanya mengatakan kepada kawan-kawan saya tersebut suatu katamutiara “Hiasilah hidupmu dengan harapan baru“ Optimistik!
DR KH As'ad Said Ali
Pengamat sosial politik, Mustasyar PBNU periode 2022-2027. Tinggal di Jakarta.
Advertisement