Empat Profesor UB Lintas Ilmu Diskusi soal Penelitian Pangan
Empat profesor lintas disiplin ilmu di Universitas Brawijaya (UB), Malang, Jawa Timur membahas penelitian terkait dengan bidang pangan.
Keempat profesor yaitu Andriani Kusumawati pada bidang Ilmu Pemasaran pada Fakultas Ilmu Administrasi (FIA). Kedua adalah Agustin Krisna Wardani bidang Mikrobiologi dan Bioteknologi Pangan pada Fakultas Teknologi Pertanian (FTP). Ketiga Endah Rahayu Lestari bidang Manajemen Industri Pertanian (FTP) dan keempat, Sucipto pada Ilmu Sistem Mutu dan Halal pada (FTP).
Menurut Andriani Kusumawati tengah membahas konsep Food Selfie-posting Citizenship Behavior untuk mempromosikan city branding melalui wisata gastronomi di era digital. Profesor aktif ke-14 FIA UB itu memaparkan terkait potensi gastronomi untuk menarik wisatawan. Gastronomi adalah konsep seni dalam mengolah makanan.
“Semisal di Malang khasnya adalah Cwie Mie. Proses pembuatan sampai dihidangkan dari makanan perlu diekspose dan ditambahkan atraksi untuk memberikan pengalaman berbeda bagi wisatawa,” ujarnya di Gedung Samantha Krida UB pada Senin 15 Januari 2024.
Selanjutnya Agustin Krisna Wardani yang memperkenalkan Teknologi BioSIFAG yaitu penggunaan bakteri dan virus untuk menghambat tumbuhnya bakteri patogen. Inti dari penelitian ini adalah memberikan tawaran pengawetan makanan modern secara alami.
Selama ini kata Agustin penggunaan pengawet kimia dan antibiotik pada makanan bakal berdampak pada penurunan kualitas pangan, alergi, hingga kasus resistensi. “Kebaruan dari teknologi ini adalah menggunakan agen biologi berupa protein dan virus dalam menghambat bakteri patogen,” katanya.
Selanjutnya Endah Rahayu Lestari memperkenalkan konsep Integrated Greener Strategy untuk mencapai kinerja berkelanjutan dengan inovasi hijau.
Inti dari penelitian ini adalah mendorong industri pangan untuk mengintegrasikan faktor internal dan eksternal yang berkontribusi sebagai faktor yang menentukan kinerja inovasi hijau.
"Namun demikian, model ini hanya dikreasi pada industri pangan, sehingga penting melakukan investigasi pada sektor lain," ujarnya.
Terakhir adalah Sucipto yang mengembangkan konsep Halalan-Thoyyiban Assurance System (HTAS). Konsep ini mengintegrasikan jaminan halal, aman, dan kualitas berbasis aspek teknologi dan manajemen.
Ia mencontohkan penggunaan Radio Frequency Identification (RFID) yang dapat melacak dan mendata produk selama distribusi dan memastikan produk halalan thoyyiban diterima konsumen. “Di Indonesia teknologi ini belum banyak diterapkan pengusaha mulai dari Rumah Pemotongan Hewan (RPH) sampai pasar,” katanya.