Empat Pesan Suci Cahaya Ulama dari Pesantren
Kondisi masyarakat, khususnya umat Islam di Indonesia, dalam kondisi yang patut dikritisi. Bagaimana cahaya ulama menangkap fenomena sosial dan keislaman itu?
Berikut empat catatan penting, disampaikan KH Husein Muhammad, Pengasuh Pesantren Dar-al-Quran, Arjawinangun Cirebon.
1. Sulit Memberi Tempat Orang Lain
"Hari-hari belakangan ini kita melihat betapa masih banyak orang yang amat sulit memberi tempat untuk orang lain, apalagi menyambutnya.
"Mereka lebih senang memaksa 'orang lain' agar seperti dirinya. Dan kata mereka itu ajaran agama Islam. 'Kebenaran agama' ini harus disampaikan dan dilaksanakan. Begitulah pikiran 'mereka'," kata KH Husein Muhammad, Pengasuh Pesantren Dar-al-Quran, Arjawinangun Cirebon.
Betapa anehnya cara pandang keagamaan seperti ini. Islam lalu menjadi agama yang tak lagi membawa rahmat, tetapi membawa "laknat". Ini sungguh kekeliruan maha besar.
2. Jangan Katakan yang Kau tak Tahu
Entah sejak kapan di negeri ini makin banyak orang yang menghukumi satu masalah begitu cepatnya, tanpa memahami lebih dulu esensi dari masalah itu.
Ada kaidah hukum :
الحكم على الشيء فرع عن تصوره
معنى هذه القاعدة أنه قبل الحكم على شيءٍ ما، لا بدَّ من معرفته معرفةً تامةً، وتصوره تصوراً دقيقاً، حتى يكون الحكمُ على ذلك الشيء مطابقاً لواقعه.
Sebelum seseorang menghukumi atau menyatakan pendapat atas sesuatu hal haruslah dia telah memahami sesuatu itu dengan sebaik-baiknya sehingga keputusan itu sesuai dengan kenyataan nya.
Jika tidak, maka ia bisa keliru, bisa menimbulkan bahaya besar dan bisa menjadi fitnah.
Al-Qur'an menyebutkan :
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya".
Sejumlah mufassir menjelaskan :
لا تقل رأيت ولم تر، وسمعت ولم تسمع، وعلمت ولم تعلم.
Janganlah kamu mengatakan aku melihat pada tidak. Aku mendengar padahal tidak. Aku tahu padahal tidak.
لا ترم أحدا بما ليس لك به علم.
Janganlah kamu menuduh seseorang padahal kamu tidak tahu mengenai yang kamu tuduhkan itu.
3. Luaslah dalam Beragama
Mereka yang suka melarang dan menyalahkan orang lain adalah mereka yang pikirannya sempit dan picik.
Orang yang berpikiran sempit adalah orang yang pengetahuannya sedikit dan tidak mendalam. Dia hanya tahu satu jalan di antara beribu jalan. Dia juga melihat sesuatu hanya dari kulitnya.
Orang picik adalah orang yang tidak mampu menempatkan dirinya dalam posisi orang lain. Dia terlalu berpikiran sempit tapi merasa kalau dirinya yang paling pintar dan paling benar.
Orang semacam itu tidak patut menjadi pemimpin, karena akan sering marah-marah, mengambil kebijakan yang kaku dan mengantarkan masyarakat hidup dalam kesulitan dan terus mundur ke belakang.
Nabi saw bersabda :
يسروا ولا تعسروا بشروا ولا تنفروا
"Permudahlah urusan orang, jangan mempersulit. Gembirakan mereka dan jangan membuat mereka pergilari dan membenci".
“إِنَّ الدِّينَ يُسْر، وَلَنْ يشادَّ الدينَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ، فسَدِّدوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا،
"Agama itu mudah/luas. Siapapun yang mempersulit dan membuatnya berat akan ditinggalkan. Luruslah, carilah alternatif yang memudahkan dan menyenangkan".
Beliau juga mengatakan : "Agama yang paling dicintai Allah adalah agama yang moderat dan toleran".
4. Nabi Mendoakan Kebaikan
Suatu hari, aku membaca lagi kisah ini yang membuat aku menangis.
Beberapa hari sebelum ke Thaif untuk misi dakwah, Nabi menerima perlakukan menyakitkan dari seorang pemuda Quraisy. Ia menyiram kotoran ke muka dan tubuh Nabi. Diperlakukan seperti itu Nabi diam saja. Tak tampak wajah merah padam tanda marah.
"Andaikata pamanku, Abu Thalib, masih ada, dia pasti akan melindungiku, dan anak muda itu tak akan berani melakukannya", kata hatinya sambil menyimpan luka, tanpa ada pikiran untuk membalasnya. Fathimah putri tercintanya menyaksikan hal itu dan menangis. Dengan tetap memperlihatkan sikap sabar yang tinggi, Nabi mengatakan: "Anakku, janganlah bersedih hati. Tuhan pasti akan melindungi ayahmu. Semoga pemuda itu memeroleh hidayah, pencerahan dan terbuka hatinya. Perlakuan itu karena dia tidak mengerti".
Sungguh luar bisa mengagumkan pribadi Nabi yang mulia itu. Meski dalam luka hati yang mendalam dan tercabik-cabik, beliau tetap tegar, tenang, amat tabah dan tetap memberikan perhatian kepada anak perempuannya. Ia tidak memikirkan dirinya sendiri. Bahkan ia tak juga ingin membalas pemuda tadi. Meski bisa.
30.09.19
HM
Advertisement