Empat Pesan Haedar, Masalah Negeri Ini Tak Bisa Ditangani Sendiri
Muhammadiyah berupaya memberikan yang terbaik sebagai tanda keseriusan mengatasi persoalan bangsa dan negara. Mengatasi persoalan itu, tentu tak bisa dilakukan sendirian, melainkan gotong royong dari seluruh lapisan masyarakat yang ada.
Untuk itu, Muhammadiyah mengajak Pemerintah, kekuatan politik, warga bangsa, umat Islam, dan keluarga besar Muhammadiyah untuk menebar dan mewujudkan nilai-nilai kebaikan dan ikhtiar kolektif dalam memberi solusi hadapi pandemi dan masalah negeri.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menyampaikan, ada 4 poin penting yang perlu dilakukan untuk mewujudkan kesejahteraan dan pengentasan masalah bangsa dan negeri.
Pertama, pemerintah di seluruh tingkatan bersama legislatif, yudikatif, TNI-Polri, partai politik, dan lembaga lainnya dituntut tanggungjawab politik berjiwa kenegarawanan tinggi. Terutama dalam menghadapi pandemi covid-19 dan menyelesaikan masalah-masalah negeri dengan mengedepankan sebesar-besarnya hajat hidup rakyat di atas yang lainnya.
“Jadikan Indonesia negara hukum yang demokratis serta berdiri tegak di atas dasar Pancasila dan UUD 1945. Bawalah Indonesia menuju perikehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Hormat dan junjung tinggi nilai-nilai luhur agama dan kebudayaan Indonesia. Di antara tanggungjawab dan agenda terberat bangsa saat ini ialah merekat persatuan nasional dan memutus rantai kesenjangan sosial menuju terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” jelas Haedar, pada Pidato Milad ke-108 Muhammadiyah, Rabu 18 November 2020.
Kedua, segenap warga bangsa memiliki kewajiban dan tanggungjawab kolektif dalam menghadapi pandemi dan memecahkan masalah negeri dengan semangat gotong royong. Pupuk kebersamaan sebagai keluarga besar bangsa dalam jiwa Persatuan Indonesia dengan mengembangkan kerjasama, toleransi, kepedulian, kesetiakawanan, dan saling berbagi sebagai modal sosial yang penting.
Menurut Haedar, kita perlu hidupkan jiwa Bhineka Tunggal Ika dalam relasi antarkomponen bangsa secara autentik. Menjauhi egoisme dan kepentingan sempit golongan yang merugikan kemajemukan.
“Jika terdapat masalah di tubuh bangsa carikan solusi dan titik temu demi keutuhan hidup bersama. Dalam membangun hubungan termasuk melalui media sosial hilangkan hoaks, fitnah, serta benih saling curiga, kebencian, pertikaian, dan konflik yang dapat menambah berat beban masalah bangsa dan teradinya disintegrasi nasional,” sambungnya.
Ketiga, umat Islam dituntut menjadi uswah ḥasanah disertai sikap cerdas dan bijaksana dalam menghadapi situasi keumatan dan kebangsaan yang kompleks dan sarat perbedaan. Semua komponen dan tokoh umat dapat menjaga situasi kebangsaan tetap kondusif, seraya menjauhkan diri dari perselisihan dan segala tindakan kontroversi yang dapat mengganggu keutuhan ukhuwah Islamiah maupun persatuan bangsa.
“Perkuat nasionalisme sebagai ekspresi dan jalinan integrasi keislaman dan keindonesiaan yang utuh, serta hindari tindakan-tindakan intoleran yang dapat merugikan hubungan keumatan dan kebangsaan yang selama ini telah terjalin dengan baik,” kata Haedar.
Keempat, seluruh warga Muhammadiyah dalam menghadapi pandemi dan situasi negeri mesti menjadi pemberi solusi sejalan Kepribadian dan Khittah gerakan dalam perspektif Islam Berkemajuan.
“Mari sebarluaskan risalah Islam wasaṭiyah-berkemajuan dengan menghadirkan karakter keislaman yang damai, ukhuwah, moderat, luas wawasan, ta‘āwun, tasāmuh, dan kebaikan kehidupan. Wujudkan beragama yang mencerahkan dengan menampilkan kesalehan dan kemajuan perilaku Islami yang autentik untuk kemaslahatan hidup bersama seiring spirit Milad ke-108: Meneguhkan Gerakan Keagamaan, Solusi Hadapi Pandemi dan Masalah Negeri!,” kata Haedar Nashir.