Empat Orang Ditangkap Gara-gara Postingan Provokasi Gempa Turki
Kepolisian Turki menangkap empat orang terkait postingan media sosial provokatif saat gempa bumi dengan Magnitudo (M) 7,8 yang merenggut ribuan nyawa. Salah satu unggahan yang meresahkan ialah muncul video yang diklaim sebagai kejadian saat gempa berlangsung. Sebuah pembangkit nuklir meledak.
Video itu menampilkan detik-detik ledakan bangunan hingga memicu gumpalan asap, serta dampak tekanan udara akibat ledakan itu. Berikut narasi pada unggahan tersebut:
“#Tsunami
BREAKING: Nuclear plant explode due to #Earthquake in #Turkey.
Not confirmed Is this real?”
Faktanya, video itu serupa dengan konten pada situs The Times Of Israel, berjudul ‘Setahun setelah awan jamur, Lebanon masih berdarah’. Dalam konten tersebut disebut ratusan ton amonium nitrat yang disimpan terbakar pada Selasa 4 Agustus 2020. Peristiwa itu menjadi salah satu ledakan non-nuklir terbesar yang pernah terjadi.
Seperti dilansir AFP, Selasa 7 Februari 2023, gempa bumi yang mengguncang pada Senin dini hari kemarin itu dilaporkan menewaskan 4.940 orang di Turki dan Suriah. Puluhan ribu orang lainnya mengalami luka-luka dan lebih banyak lagi tidak memiliki tempat perlindungan di tengah cuaca dingin membekukan.
Kepolisian Turki dalam pernyataannya mengumumkan empat orang yang tidak disebut identitasnya, telah ditahan setelah pihaknya menemukan sejumlah akun media sosial yang membagikan 'postingan provokatif yang bertujuan untuk menciptakan ketakutan dan kepanikan'.
Selain itu, pihak kepolisian juga mendalami sejumlah akun media sosial yang bernama provokasi. Namun, netizen Turki membeberkan fakta bahwa upaya pencarian dan penyelamatan kurang di daerah mereka, khususnya Hatay.
Kepolisian Turki langsung menanggapi klaim-klaim semacam itu. "Informasi soal alamat dan lokasi warga yang meminta bantuan segera dipastikan dan koordinasi terjalin," demikian pernyataan Kepolisian Turki.
Sebelum tragedi gempa, otoritas Turki, dalam beberapa tahun terakhir, menindak tegas postingan media sosial di wilayahnya, terutama yang dianggap mendukung 'teror'.