Empat Mimpi Tokoh Muslim, Dorong Perkembangan Pemikiran Islam
Mimpi dan imajinasi ternyata menjadi dorongan dan rangsangan bagi membangun masa depan. Tanpa impian, idealitas tak bisa diwujudkan. Dengan mimpi maka dilakukan perubahan-perubahan.
Dalam Islam, mimpi pun mendapat peranan penting dalam pembahasan.
Dalam perkembangan pemikiran Islam ternyata mimpi memainkan peran yang penting. Seperti dicatat pakar Filsafat Islam, Prof. Mulyadhi Kertanegara.
Berikut Empat Mimpi Tokoh Muslim yang memainkan peranan penting dalam mendorong perkembangan pemikiran Islam.
(1) Mimpi Al-Makmun jumpa Aristoteles, menjadi pendorong bagi kegiatan penerjemahan karya-karya Yunani ke dalam bahasa Arab setelah Muallim Awal itu meyakinkan al-Makmun bahwa tidak ada pertentangan antara Kitab Suci dan akal,
(2) Mimpi al-Asy'ari jumpa Rasulullah telah menyadarkan beliau akan kekeliruan ajaran Mu'tazilah dan mendorong beliau mendirikan aliran Aswaja,
(3) Mimpi Suhrawardi jumpa dengan Aristoteles yg kemudian mengajarkan yang terakhir "self-knowledge" telah menginspirasi Suhrawardi untuk membangun modus pengetahuan hudhuri, dan,
(4) Mimpi Ibn Arabi berjempa dengan Nabi yang kemudian dikatakan mendiktekan kitab Fushus al-Hikam.. jadi jangan pandang mimpi tak punya makna apa-apa.. Allahu a'lam."
Hery Budianto, salah seorang peminat pemikiran, mengatakan, banyak jalan menuju Roma, apalagi menemui Tuhan. Ia merespon polemik soal sains dan keberagamaan. Yang bermula dari pandangan Goenawan Mohamad, lalu direspon AS Laksana, dan penulis lainnya.
Ia menilai, Goenawan Mohamad (GM) memang nakal sekali! Tetapi menarik melihat GM mengeksplorasi kemampuan imajinasi manusia. Belum pernah ada yang melewati batas itu, kecuali GM. Paling tidak untuk manusia Indonesia. Mungkin juga GM sedang kecewa dengan junjungannya, Jokowi yang melemahkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), lantas berkompensasi menembus batas keberanian dalam imajinasi.
GM seperti mewakili manusia penakut lain. Para akedemisi, ilmuwan bahkan intelektual yang hanya berada di kandang metode ilmiah tidak bisa menarik benang merah ke langit. Kalau pun mereka mampu, pada akhirnya hanya melahirkan fundamentalis baru. GM mengkaitkan dunia ilmiah dan langitan, sambil mengejek kebudayaan hari ini dengan mengatakan atheisme baru.
"GM sedang berkata sesungguhnya bahwa keilmuan akan mendekatkan kita pada Tuhan. Seperti halnya Einstein bertemu dengan spinoza. Saya kira selain GM dari sisi pemikir lain tak banyak, Prof. Mulyadhi Kertanegara yang bisa menembusnya," kata Heri Budianto.
Kemudian Damarjati yang bercecita mukso. Damar termasuk yang berhasil, meski terjebak pada pola pikir Ronggowarsito. Damar tak mampu melepaskan diri dari budayanya Jawa
Lantas Kuntowijoyo, dengan sastra profetik hanya menegasikan langitan yang telah lama mendominasi. Ia masih satu level dengan Romo Mangun, pemikir yang takut lapar itu. Sehingga tetap berada dalam gereja Vatikan.
Tapi dasar GM nakal, ia memberi judul yang genit Atheisme Baru!
GM membuktikan ini menemui Tuhan dengan pikiran manusia. Saat yang lain menemui Tuhan melalaui teks, yang akhirnya melahirkan fundamentalisme, memusuhi manusia di luar kelompoknya yang nota bene juga mahluk Tuhan, Pikiran pada akhirnya harus dibebaskan, bukan dikekang oleh tafsir teks. GM sudah melakukan ini. Sumbangan GM paling tidak mereduksi politik identitas selama ini. Jika NU kemarin mereduksinya melalui teks Islam Nuswantara, GM dengan jalan kebebasan pikiran manusia. Hasilnya sama tho. Bahkan GM saya kira akan meninggalkan bekas lebih dalam.
"Hipotesa saya ini tak wajib dipercaya, tentu saja. Tetapi menyimak acara ini akan memberikan keberanian pada kita, mempercayai manusia menempuh hidup di dunia yang indah ini. Seperti kata GM. Kita manusia yang penuh kekurangan bukan seperti malaikat yang tanpa nafsu. Tetapi fungsi kita memang sama, menjaga kehidupan tetap berputar."